
Melemah 0,43%, Depresiasi Rupiah Terdalam Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 June 2018 16:52

Sementara dari dalam negeri, setidaknya ada dua sentimen yang membebani. Pertama adalah hari ini merupakan saat terakhir perdagangan.
Mulai Senin pekan depan, pasar libur karena cuti bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Cuti bersama ini cukup lama, pasar baru aktif pada 20 Juni. Artinya, tidak ada perdagangan selama lebih dari sepekan.
Investor tentu tidak ingin dananya menganggur di Indonesia. Oleh karena itu investor pun cenderung keluar dari Indonesia untuk bermain di negara lain.
Di pasar saham, nilai jual bersih investor asing mencapai Rp 2,45 triliun. Sementara di pasar obligasi, arus modal keluar bisa dilihat dari kenaikan imbal hasil (yield). Untuk obligasi pemerintah tenor 10 tahun, saat ini yield berada di 7,272%. Naik dibandingkan kemarin yaitu 7,237%.
Kedua, ternyata data penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin direspons negatif oleh pasar. BI mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) periode Mei 2018 tumbuh 4,1% secara year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,5%.
Namun IPR edisi Mei 2017 lebih baik yaitu 4,2%. Artinya, penjualan belum pulih dibandingkan tahun sebelumnya.
Data ini membuat saham-saham barang konsumsi tertekan karena aksi jual. UNVR turun 1,73, HMSP melemah 1,63%, ICBP berkurang 1,67%, dan KLBF amblas 7,17%. Akhirnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan jatuh 1,85%.
Keluarnya arus modal membuat rupiah kehilangan pijakan untuk menguat. Tanpa sokongan faktor domestik, rupiah kemudian terseret arus pelemahan mata uang Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Mulai Senin pekan depan, pasar libur karena cuti bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Cuti bersama ini cukup lama, pasar baru aktif pada 20 Juni. Artinya, tidak ada perdagangan selama lebih dari sepekan.
Investor tentu tidak ingin dananya menganggur di Indonesia. Oleh karena itu investor pun cenderung keluar dari Indonesia untuk bermain di negara lain.
Kedua, ternyata data penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin direspons negatif oleh pasar. BI mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) periode Mei 2018 tumbuh 4,1% secara year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,5%.
Namun IPR edisi Mei 2017 lebih baik yaitu 4,2%. Artinya, penjualan belum pulih dibandingkan tahun sebelumnya.
Data ini membuat saham-saham barang konsumsi tertekan karena aksi jual. UNVR turun 1,73, HMSP melemah 1,63%, ICBP berkurang 1,67%, dan KLBF amblas 7,17%. Akhirnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan jatuh 1,85%.
Keluarnya arus modal membuat rupiah kehilangan pijakan untuk menguat. Tanpa sokongan faktor domestik, rupiah kemudian terseret arus pelemahan mata uang Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular