Perang Tarif akan Merugikan Industri Telekomunikasi

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
08 June 2018 14:20
Perang tarif akan berdampak pada penurunnan kualitas layanan kepada pelanggan, untuk itu operator harus bisa menetapkan tarif yang kompetitif.
Foto: Ist/cnnindonesia.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang tarif antar operator dinilai tidak akan menguntungkan industri telekomunikasi Indonesia. Perang tarif akan berdampak pada penurunnan kualitas layanan kepada pelanggan, untuk itu operator harus bisa menetapkan tarif yang kompetitif agar kualitas layanan tetap terjaga.

President Director Telkomsel Ririek Adriansyah menegaskan, Telkomsel cenderung menghindari dan tidak ingin terlibat dengan perang tarif, khususnya tarif data dengan operator telekomunikasi lainnya.

Menurutnya, perang tarif cenderung membuat operator rugi menutup ruang investasi untuk mengembangkan layanan bisnis lainnya. "Tarif murah itu tidak masuk akal, secara jangka pendek bagus tapi kalau long term tidak. Jika perang tarif pasti kalau terus dilakukan maka operator ga akan mampu investasti lagi merugikan masyarakat dan pemerintah, karena kualiatas dan layanan komunikasi pasti turun," ujar Ririek saat Wawancara Eksklusif bersama CNBC Indonesia, Kamis (8/6/2018).

Ririek menambahkan, Telkomsel akan memperluas jaringan dan stabilitas layanan data internet menjadikan Telkomsel enggan untuk terlibat dalam perang tarif.

Hingga saat ini, perseroan setidaknya memiliki 167 ribu base transceiver station (BTS) termasuk lebih dari 35 ribu BTS 4G yang tersebar di seluruh Indonesia dalam memberikan layanannya kepada masyarakat.

"Telkomsel kami semaksimal mungkin memiliki hal tersebut, untuk itu kami tidak ingin terlibat dalam perang tarif," tambah Ririek.

Menurutnya, setidaknya ada 3 hal ideal yang dapat dimiliki operator telekomunikasi agar bisnisnya senantiasa sehat dan tidak perlu menggunakan perang tarif sebagai pendukung perusahaan.

Pertama, pelayanan dan harga yang terjangkau bagi masyarakat, kedua adanya sustainability, ketiga ialah jaringan yang merata dan melayani seluruh pelanggan.

"Sustainability itu ya harus bertahan kalau cuman setahun atau dua tahun terus hilang sama saja. Selain itu, perang tarif juga tidak meng-encourage operator untuk membangun jaringan (BTS) lainnya karena dia beroperasinya dari hasil tarif murah itu," tambah Ririek.
(hps) Next Article Perang Tarif Reda, XL Optimistis Pendapatan Data Meningkat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular