Usai Libur Lebaran, Begini Ramalan Nilai Rupiah Bergerak

Hidayat Setiaji & Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 June 2018 12:52
Usai Libur Lebaran, Begini Ramalan Nilai Rupiah Bergerak
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hingga siang hari ini. Ke depan, potensi depresiasi rupiah masih cukup terbuka. 

Pada Jumat (8/6/2018), US$ 1 di pasar spot pada pukul 12:10 WIB dibanderol Rp 13.915. Rupiah melemah 0,37% dibandingkan penutupan kemarin. 

Sejak pembukaan pasar rupiah sudah melemah dan menembus Rp 13.900/US$. Posisi terlemah rupiah sampai siang ini ada di Rp 13.920/US$.
 

Usai Libur Lebaran, ke Mana Rupiah Bergerak?Reuters
 

Pelemahan hari ini disebabkan oleh faktor domestik maupun global. Di dalam negeri, ada kecenderungan investor melakukan aksi jual karena hari ini merupakan saat-saat terakhir perdagangan jelang libur panjang.
 

Sementara dari eksternal, dinamika perang dagang AS vs dunia masih membayangi. Pertemuan G-7 di Quebec (Kanada) diperkirakan berjalan panas akibat kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengenakan bea masuk terhadap impor baja dari Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa. 

Selain itu, investor juga nampak mulai ambil posisi dan menyimpan amunisi jelang pertemuan dua bank sentral di negara maju pekan depan. Terlihat bahwa aliran modal mulai bergerak ke AS, dengan Dollar Index yang beranjak naik meski tipis di 0,04%. 

Setelah hari ini, pasar keuangan Indonesia akan libur cuti bersama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Pasar tidak beroperasi sekira 10 hari. 

Padahal, pada masa libur itu terdapat sejumlah peristiwa penting. Setidaknya ada dua agenda besar yang sangat menentukan arah pasar. 

Pertama adalah rapat Federal Open Market Committe (FOMC) pada 12-13 Juni. Dalam rapat tersebut, pasar sudah berekspektasi The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,75-2%. Probabilitas kenaikan 25 basis poin tersebut mencapai 91,3%, menurut CME Fedwatch. 

Kedua masih dari bank sentral. Pada 14 Juni, Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB) juga menggelar rapat untuk menentukan suku bunga acuan dan arah kebijakan moneter. Kemarin, Kepala Ekonom ECB Michael Praet mengatakan bahwa laju inflasi di Benua Biru sudah searah dengan target.

Oleh karena itu, ECB mulai mempertimbangkan untuk mengurangi dosis stimulus moneter dengan pembelian surat-surat berharga (quantitative easing). Ada kemungkinan pengurangan quantitative easing ini akan diumumkan pada rapat bulan ini. 

Dua agenda besar tersebut sangat dinantikan dan menjadi perhatian utama pelaku pasar. Namun saat pertemuan The Fed dan ECB berlangsung, pasar Indonesia sedang libur sehingga dampaknya tidak akan langsung terasa. 

Namun akan menjadi menarik untuk membaca arah pergerakan rupiah begitu pasar dibuka kembali pada 20 Juni. Yang jelas, kemungkinan pasar akan agak jetlag dan butuh waktu untuk mencari pegangan. 

Tim Riset CNBC Indonesia mencoba untuk memperkirakan arah pergerakan rupiah menggunakan analisis teknikal. Untuk perdagangan hari ini, rupiah diperkirakan ditutup melemah. Meski demikian, dolar AS sepertinya belum menembus Rp 14.000, posisi penutupan diperkirakan tidak lebih dari Rp 13.975. 

Sementara untuk perdagangan saat pasar dibuka kembali setelah cuti bersama Idul Fitri, kemungkinan rupiah akan melemah. Pasalnya, saat itu indikator stochastic sudah menunjukkan overbought atau jenuh beli rupiah. Kemudian indikator MACD menunjukkan buy dolar AS atau sell rupiah. 

Saat itu, level resistance rupiah berada Rp 14.200/US$. Namun, sepertinya Bank Indonesia (BI) akan menjaga agar rupiah maksimal di kisaran Rp 14.100/US$.


TIM RISET CNBC INDONESIA




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular