Saham BNBR Terus Anjlok Sejak Reverse Stock, Ini Penyebabnya

08 June 2018 12:08
Perseroan sudah menyampaikan rencana reverse stock split pada pertengahan Maret lalu.
Foto: Detikcom
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) terus terkoreksi setelah perseroan melakukan reverse stock split. Perseroan sudah menyampaikan rencana reverse stock split pada pertengahan Maret lalu.

Perseroan memutuskan untuk melakukan hal tersebut, setelah harga saham perseroan tidak beranjak dari level Rp 50/saham. Perseroan akhirnya memutuskan akan melakukan reverse stock split dengan rasio 10:1.

Artinya 10 saham digabungkan menjadi satu saham. Setelah pelaksanaan reverse stock split pada 31 Mei 2018, jumlah saham perseroan yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia berkurang dari 121.160.430.000 menjadi 12.116.043.000.

Harga saham berubah dari Rp 50/saham ke level harga Rp 500/saham. Nah, paska reverse stock split tersebut harga saham perseroan terus turun hingga 79,20% ke level Rp 104/saham.

Apa sebenarnya yang menyebabkan investor kurang mengapresiasi saham BNBR? Investor tampaknya masih belum mengapresiasi kinerja perseroan karena beban utang yang begitu besar.

Kinerja Bakrie and Brothers pada kuartal-2018 tercatat kurang memuaskan. Pada kuartal I-2018, BNBR mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 336,71 miliar, membengkak dari rugi bersih kuartal I-2017 sebesar Rp 155,03 miliar.

Secara operasional, bisnis BNBR sebenarnya masih bertumbuh. Namun, manajemen harus menanggung kerugian dari kurs serta beban bunga yang relatif besar.

Pada kuartal I-2018, pendapatan bersih BNBR tumbuh 45,78% menjadi Rp 746,39 miliar. Adapun beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 602,93 miliar. Alhasil, BNBR berhasil mencetak laba kotor sebesar Rp 143,46 miliar.

Pada tiga bulan pertama tahun ini, BNBR harus menaggung kerugian dari selisih kurs sebesar Rp 138,32 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu manajemen mendapatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp 90,26 miliar.

Pos perubahan nilai wajar derivatif juga meningkat dari rugi sebesar Rp 99,7 miliar menjadi rugi Rp 175,58 miliar.

Perseroan juga sedang melakukan upaya restrukturisasi utang senilai Rp 9 triliun tahun ini. Jika beban bunga utang berkurang, manajemen bisa berinvestasi pada bisnis baru.


Direktur Utama Bakrie & Brothers Gafur Sulistyo Umar mengatakan sebelumnya perusahaan sudah menyelesaikan dua tahap restrukturisasi utang mencapai Rp 2,025 triliun selama 2016 dan 2017.

"Sisanya masih ada Rp 9 triliun lagi dan akan diselesaikan tahun ini semuanya. Dalam dua minggu kita akan membayarkan sebanyak Rp 2,87 triliun, sekarang lagi finalisasi," kata Gafur di Hotel Manhattan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Untuk sisanya, perusahaan akan berupaya untuk menurukan sisa utangnya hingga akhir tahun yang bernilai kurang lebih Rp 7 triliun. Namun ia tak merinci sumber pendanaan restrukturisasi ini.
(hps/gus) Next Article Harga Saham Gocap, Asuransi Simas Lepas Semua Saham Bakrie

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular