
Beda Ramalan Ekonomi RI Antara Perry Warjiyo dan Sri Mulyani
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 June 2018 18:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memiliki penilaian tersendiri terhadap kondisi perekonomian Indonesia di akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019. Proyeksi BI, jauh lebih realistis dibandingkan pemerintah.
Proyeksi tersebut dipaparkan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (4/6/2018). BI pada tahun depan, memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2-5,6%.
"Sementara itu, CAD [current account deficit/defisit transaksi berjalan] kami perkirakan di 2019 2 % - 2,5%," kata Perry di depan seluruh anggota komisi keuangan.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 mendatang bergerak di kisaran 5,4% - 5,8%, meskipun ada kemungkinan di bawah proyeksi tersebut lantaran ketidakpastian perekonomian global.
Sementara untuk nilai tukar rupiah, diperkirakan di angka Rp 13.800 - Rp 14.100/US$. Proyeksi tersebut, juga berbeda dari yang disampaikan pemerintah yang memproyeksikan nilai tukar rupiah di kisaran Rp 13.700 - Rp 14.000.
"Beberapa faktor adalah ketidakpastian global yang terus bergerak ke depan," katanya.
Untuk inflasi, bank sentral memperkirakan berada di angka 3,5 plus minus 1%. Proyeksi tersebut, tidak jauh berbeda dengan proyeksi yang diasumsikan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018.
(dru) Next Article Virus Corona Bikin Ekonomi Suram? Ini Proyeksi Menkeu
Proyeksi tersebut dipaparkan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (4/6/2018). BI pada tahun depan, memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2-5,6%.
"Sementara itu, CAD [current account deficit/defisit transaksi berjalan] kami perkirakan di 2019 2 % - 2,5%," kata Perry di depan seluruh anggota komisi keuangan.
Sementara untuk nilai tukar rupiah, diperkirakan di angka Rp 13.800 - Rp 14.100/US$. Proyeksi tersebut, juga berbeda dari yang disampaikan pemerintah yang memproyeksikan nilai tukar rupiah di kisaran Rp 13.700 - Rp 14.000.
"Beberapa faktor adalah ketidakpastian global yang terus bergerak ke depan," katanya.
Untuk inflasi, bank sentral memperkirakan berada di angka 3,5 plus minus 1%. Proyeksi tersebut, tidak jauh berbeda dengan proyeksi yang diasumsikan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018.
(dru) Next Article Virus Corona Bikin Ekonomi Suram? Ini Proyeksi Menkeu
Most Popular