
Sentimen Positif Domestik, Rupiah Jadi Terbaik Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 June 2018 09:51

Namun, rupiah masih mampu menguat di tengah terpaan sentimen negatif eksternal tersebut. Setidaknya ada dua faktor yang mampu menyokong apresiasi rupiah.
Pertama adalah dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate yang masih terasa. BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada 30 Mei lalu.
Keputusan ini dianggap tepat, karena BI menjadi ahead the curve dalam mengantisipasi pertemuan The Fed pada 13 Juni mendatang. Pada pertemuan tersebut, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 1,75-2% mencapai 91,3%.
Faktor kedua adalah investor menantikan rilis data inflasi domestik yang rencananya diumumkan hari ini pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Mei secara MtM sebesar 0,25%. Sementara inflasi YoY diproyeksikan 3,3% dan inflasi inti YoY diramal 2,76%.
Jika proyeksi ini terwujud, maka laju inflasi domestik masih relatif terkendali. Hingga separuh Ramadan, inflasi belum menunjukkan lonjakan yang berarti. Kini investor tinggal menantikan inflasi Juni, yang mungkin menjadi puncak karena merupakan paruh kedua Ramadan dan kemudian hari raya Idul Fitri.
Laju inflasi yang masih 'jinak' bisa menjadi sentimen positif di pasar. Ketika inflasi terkendali, maka nilai rupiah menjadi tidak terlalu tergerus sehingga berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini masih menguntungkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pertama adalah dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate yang masih terasa. BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% pada 30 Mei lalu.
Keputusan ini dianggap tepat, karena BI menjadi ahead the curve dalam mengantisipasi pertemuan The Fed pada 13 Juni mendatang. Pada pertemuan tersebut, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 1,75-2% mencapai 91,3%.
Jika proyeksi ini terwujud, maka laju inflasi domestik masih relatif terkendali. Hingga separuh Ramadan, inflasi belum menunjukkan lonjakan yang berarti. Kini investor tinggal menantikan inflasi Juni, yang mungkin menjadi puncak karena merupakan paruh kedua Ramadan dan kemudian hari raya Idul Fitri.
Laju inflasi yang masih 'jinak' bisa menjadi sentimen positif di pasar. Ketika inflasi terkendali, maka nilai rupiah menjadi tidak terlalu tergerus sehingga berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini masih menguntungkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular