Masih Labil, IHSG Cari Tumpuan untuk Tentukan Arah

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
04 June 2018 06:45
Investor tampaknya cenderung melakukan profit taking setelah ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga acuan BI terpenuhi.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak di bursa saham domestik tampaknya belum juga berkesudahan. Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai relatif stabil, setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan (BI 7 Day Repo Rate/BI 7 Day RR) 25 basis poin menjadi 4,75%, langkah itu tak berpengaruh ke kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IGSG).

Kinerja IHSG secara harian masih cenderung turun naik, meskipun secara mingguan masih bisa menguat 0,58%. Investor tampaknya cenderung melakukan profit taking setelah ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga acuan BI terpenuhi.


Dari eksternal, banyak sentimen yang membuat kinerja pasar saham global pasang surut. Pada awal pekan, gejolak politik di Italia sempat membuat pasar keuangan dunia meradang.

Pertikaian politik di Italia yang melebar hingga ke wacana keluar dari Uni Eropa membuat pasar keuangan dunia sedikit panik. Ini memunculkan spekulasi kekuatan ekonomi Eropa bisa berkurang atau bahkan keberlangsung perserikatan negara Eropa tersebut berpotensi bubar.

Namun, tensi politik mulai mereda setelah dua faksi politik di Italia bersepakat membentuk pemerintah baru. Nah, setelah itu pasar keuangan global dikejutkan dengan keluarnya tarif impor alumunium oleh pemerintah AS.

Kekhawatiran terhadap perang dagang kembali mencuat setelah Pemerintah Amerika Serikat mengumuman penerapan tarif terhadap impor alumunium dari Eropa, Kanada, dan Meksiko.

Pasar saham dunia kembali terkoreksi. Meskipun kemudian, Presiden AS Donald Trump mengumumkan pertemuannya dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Un tetap berlangsung di Singapura pada Juni mendatang.

Beruntungnya, perdagangan saham di bursa domestik selama pekan lalu hanya berlangsung selama tiga hari karena libur nasional. IHSG setelah menguat pada awal pekan, dalam dua hari berturut berikutnya mengalami koreksi.

Aktivitas transaksi di bursa saham domestik pekan lalu tercatat semarak dengan rerata nilai transaksi 12,28 triliun. Lalu rerata nilai volume transaksi 11,07 miliar saham dengan rerata frekuensi 462.530 kali/hari.


Saham dari sektor pertambangan tercatat yang menguat paling tinggi 1,24%, disusul sektor industri dasar 1,21% dan sektor properti dan real estate 1,01%. Sementara sektor yang mengalami pelamaham paling dalam adalah sektor aneka industri yang anjlok 3,86%.
Masih Labil, IHSG Masih Cari Tumpuan untuk Tentukan ArahFoto: CNBC Indonesia/IDX

Sementara itu, saham-saham dengan nilai paling tinggi nilai transaksinya tercatat atas saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) senilai Rp 5,44 triliun dalam tiga hari perdagangan, disusul saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 2,70 triliun dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 1,98%.
Masih Labil, IHSG Masih Cari Tumpuan untuk Tentukan ArahFoto: CNBC Indonesia/IDX

Lalu saham-saham yang naik tinggi dalam tiga hari perdagangan selama pekan lalu tercatat atas saham PT Royal Prima Tbk (PRIM) yang naik 43,83%, saham PT Siwani Makmur (SIMA) yang naik 33,65% dan saham PT Arita Prima Indonesia Tbk (APII) yang naik 32,57%.
Masih Labil, IHSG Masih Cari Tumpuan untuk Tentukan ArahFoto: CNBC Indonesia/IDX

(prm) Next Article Boleh Kok 'Senyum-senyum Tipis', IHSG Sepekan Naik 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular