
Babak Baru Perang Dagang AS-China Tekan Bursa Korea
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 May 2018 08:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Korea Selatan, Kospi, dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Perkembangan perang dagang membuat bursa saham Negeri Ginseng tertekan.
Pada Selasa (29/5/2018), Kospi dibuka di posisi 2.476,7. Melemah tipis 0,09% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan Kospi didorong oleh saham-saham aneka industri seperti NK Mulsan Co Ltd (pengemasan) yang turun 13,202%, Woojin Inc (mesin) yang anjlok 9,88%, dan Chosun Welding Pohang Co Ltd (elektroda) yang terpangkas 7,82%.
Koreksi yang dialami busa saham tidak lepas dari depresiasi mata uang won. Saat ini, won melemah lebih dari 1% terhadap dolar Amerika Serikat.
Perkembangan terbaru perang dagang AS-China sedikit banyak menjadi sentimen negatif di pasar keuangan Negeri Ginseng. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa China telah mencuri ide-ide milik AS.
Tudingan ini muncul karena aturan di China mewajibkan perusahaan asing di sana untuk berbagi teknologi dengan mitra lokal. AS menilai hal ini sebagai pemaksaan dan bisa membuat China untuk mendapatkan ide dari teknologi Negeri Paman Sam.
"Ini bukan hukum. China melalui regulasinya menghalalkan pemaksaan ini," tegas Dennis Shea, Duta Besar AS untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini bisa memperkeruh suasana AS-China yang sebenarnya tengah melakukan negosiasi perdagangan. Jika masing-masing pihak masih saling serang, maka bukan tidak mungkin akan berujung pada perang dagang lanjutan yaitu berbalas mengenakan bea masuk.
Situasi seperti ini tentu merugikan Korea Selatan, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Washington dan Beijing. Ketika perang dagang terjadi, maka industri dalam negeri AS dan China akan lesu. Kemudian permintaan bahan baku dan barang modal dari berbagai negara, termasuk dari Korea Selatan, tentu akan berkurang. Ekspor Korea Selatan pun terancam.
Padahal, ekspor merupakan penyumbang utama perekonomian Korea Selatan. Pada 2016, sumbangan ekspor terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut mencapai 77,68%. Jika ekspor melambat, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tentu ikut mampet.
Prospek ini yang mungkin dibaca oleh pelaku pasar, sehingga pasar keuangan Korea Selatan cenderung dihindari. Akibatnya indeks Kospi maupun mata uang won tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Efek Ketidakjelasan AS-China, Bursa Korsel Melemah 0,21%
Pada Selasa (29/5/2018), Kospi dibuka di posisi 2.476,7. Melemah tipis 0,09% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan Kospi didorong oleh saham-saham aneka industri seperti NK Mulsan Co Ltd (pengemasan) yang turun 13,202%, Woojin Inc (mesin) yang anjlok 9,88%, dan Chosun Welding Pohang Co Ltd (elektroda) yang terpangkas 7,82%.
Perkembangan terbaru perang dagang AS-China sedikit banyak menjadi sentimen negatif di pasar keuangan Negeri Ginseng. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa China telah mencuri ide-ide milik AS.
Tudingan ini muncul karena aturan di China mewajibkan perusahaan asing di sana untuk berbagi teknologi dengan mitra lokal. AS menilai hal ini sebagai pemaksaan dan bisa membuat China untuk mendapatkan ide dari teknologi Negeri Paman Sam.
"Ini bukan hukum. China melalui regulasinya menghalalkan pemaksaan ini," tegas Dennis Shea, Duta Besar AS untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini bisa memperkeruh suasana AS-China yang sebenarnya tengah melakukan negosiasi perdagangan. Jika masing-masing pihak masih saling serang, maka bukan tidak mungkin akan berujung pada perang dagang lanjutan yaitu berbalas mengenakan bea masuk.
Situasi seperti ini tentu merugikan Korea Selatan, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Washington dan Beijing. Ketika perang dagang terjadi, maka industri dalam negeri AS dan China akan lesu. Kemudian permintaan bahan baku dan barang modal dari berbagai negara, termasuk dari Korea Selatan, tentu akan berkurang. Ekspor Korea Selatan pun terancam.
Padahal, ekspor merupakan penyumbang utama perekonomian Korea Selatan. Pada 2016, sumbangan ekspor terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut mencapai 77,68%. Jika ekspor melambat, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tentu ikut mampet.
Prospek ini yang mungkin dibaca oleh pelaku pasar, sehingga pasar keuangan Korea Selatan cenderung dihindari. Akibatnya indeks Kospi maupun mata uang won tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Efek Ketidakjelasan AS-China, Bursa Korsel Melemah 0,21%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular