Ini Saham Pilihan Manajer Investasi untuk Reksa Dana

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
24 May 2018 15:09
Menurut Katarina, ada perbaikan arah, yang tadinya pada Januari-Februari secara umum saham barang konsumsi tercatat sangat lemah.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan manajer investasi menilai saham sektor barang konsumsi (consumer goods) akan menjadi pilihan untuk dijadikan underlying asset reksa dana, saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergejolak.
 
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajer Indonesia Katarina Setiawan menuturkan, beberapa saham di sektor barang konsumsi harganya sudah sangat murah dengan valuasi yang bagus. Menurut Katarina, ada perbaikan arah, yang tadinya pada Januari-Februari secara umum saham barang konsumsi tercatat sangat lemah, tetapi pada Maret mulai menunjukkan perbaikan.
 
"Dan sekarang sudah semakin banyak membaiknya, sehingga, sektor consumer goods memang kami sukai saat ini," ujar Katarina kepada CNBC Indonesia saat dijumpai di Jakarta, Kamis (24/5).
 
Selain sektor barang konsumsi, Katarina juga melihat sektor ritel dan komoditas juga bisa menjadi pilihan. Hal itu disebabkan, harga saham pada sektor tersebut yang masih bagus, kuat, stabil, dan ditambah dengan permintaan yang juga masih tinggi.
 
Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama PT BNI Asset Management Reita Farianti pun sepakat sektor barang konsumi sangat menguntungkan, apalagi untuk jangka panjang.
 
"Kami percaya, untuk jangka panjang sektor konsumer dapat menguntungkan, dan sektor komoditas masih dapat mengalami kenaikan untuk jangka pendek. Jadi, untuk investor jangka panjang, bisa dapat masuk secara bertahap pada reksa dana saham," kata Reita saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (24/5).
 
Adapun, untuk imbal hasil (return) sampai akhir tahun, Katarina Setiawan menyampaikan, jika target perusahaan untuk IHSG masih di kisaran level 6.600-6.800, maka imbal hasil untuk reksa dana saham diproyeksikan mengalami kenaikan 13%.
 
"Tetapi secara berkala akan kami lakukan evaluasi juga, jadi kami akan lihat lagi apakah targetnya masih relevan atau tidak," tambahnya.
 
Sedangkan, untuk reksa dana obligasi, sampai akhirnya imbal hasilnya ditargetkan sebesar 6,6%, menurun dari imbal hasil saat ini yang ada di angka 7,5%. Sebab, untuk obligasi, apabila imbal hasil semakin turun, berarti harganya naik.
 
Untuk reksa dana campuran, Katarina menyampaikan perusahaan tidak pernah memasang target angka pasti, sebab menyesuaikan dari masing-masing portofolio di saham dan obligasi, dan dalam reksa dana pasar uang, selama ini imbal hasilnya selalu di atas bunga deposito.
 
Selain itu, dari segi dana kelolaan, sampai pada kuartal I 2018, perusahaan mencatatkan total dana kelolaan sebesar Rp 68,3 triliun, yang secara year to date telah tumbuh 3,95%.


(hps) Next Article Reksa Dana Sedang Goyang, Jumlah Investor Bertambah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular