
Berburu Saham Murah, Baru Satu Jam Nilai Transaksi Rp 2 T
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 May 2018 10:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hingga 0,95% ke level 5.788,51 pada sesi awal perdagangan. Transaksi terbilang cukup tinggi. Dalam sejam pertama perdagangan, nilai transaksi sudah mencapai Rp 2,02 triliun.
Investor nampak gencar memburu saham-saham yang sudah mencatatkan penurunan harga secara signifikan selama beberapa hari terakhir. Koreksi yang sudah terjadi memang menawarkan entry point yang lebih menarik bagi investor.
Saham-saham yang dimaksud diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+4,21%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,85%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,17%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,72%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,29%).
Terlebih, sentimen eksternal juga mendukung bagi investor untuk melakukan aksi beli. Pasca saling berbalas mengenakan bea masuk untuk produk ekspor satu sama lain, kini AS dan China sudah secara signifikan memperbaiki hubungan mereka.
Teranyar, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin menyebut bahwa kedua belah pihak (AS dan China) telah membuat kemajuan yang sangat berarti. Mantan petinggi Goldman Sachs tersebut bahkan mengatakan bahwa diskusi yang diadakan pada minggu lalu di Washington seharusnya dilihat sebagai sebuah kemenangan bagi AS. Mnuchin mengestimasikan bahwa nantinya, akan ada tambahan ekspor ke China senilai US$ 40 miliar-50 miliar.
"Hal ini seharusnya sangat baik bagi ekonomi AS," papar Mnuchin seperti dilansir dari CNBC International. "Gabungkan hal ini dengan pemotongan tingkat pajak dan saya rasa kita sedang melihat pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat sepanjang sisa tahun ini,".
Bahkan, ia berani bertaruh bahwa pertumbuhan ekonomi AS tahun ini bisa menyentuh 3%. Wall Street dibawa meroket pada perdagangan kemarin (21/5/2018) oleh pernyataan Mnuchin.
Beijing pun sudah tidak lagi panas. Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan kesepakatan kedua negara merupakan solusi yang terbaik.
"China tidak pernah mengharapkan peningkatan tensi dengan AS, baik dalam perdagangan atau bidang lainnya," sebut Lu.
Sebelumnya pada hari Sabtu (19/5/2018), AS dan China mengeluarkan pernyataan gabungan yang isinya menyatakan bahwa China akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam.
Depresiasi Rupiah Perlu Diperhatikan
Namun, investor yang kini sedang asyik berbelanja perlu memperhatikan depresiasi rupiah yang terus berlanjut. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,04% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.185. Padahal, indeks dolar AS sedang melemah sebesar 0,12%.
Jadi, penguatan IHSG pada hari ini bisa jadi hanya rebound semata. Dalam jangka yang lebih panjang, nampak susah bagi IHSG untuk terus menguat kala performa rupiah tak kunjung membaik.
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Investor nampak gencar memburu saham-saham yang sudah mencatatkan penurunan harga secara signifikan selama beberapa hari terakhir. Koreksi yang sudah terjadi memang menawarkan entry point yang lebih menarik bagi investor.
Saham-saham yang dimaksud diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+4,21%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,85%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,17%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,72%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,29%).
Teranyar, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin menyebut bahwa kedua belah pihak (AS dan China) telah membuat kemajuan yang sangat berarti. Mantan petinggi Goldman Sachs tersebut bahkan mengatakan bahwa diskusi yang diadakan pada minggu lalu di Washington seharusnya dilihat sebagai sebuah kemenangan bagi AS. Mnuchin mengestimasikan bahwa nantinya, akan ada tambahan ekspor ke China senilai US$ 40 miliar-50 miliar.
"Hal ini seharusnya sangat baik bagi ekonomi AS," papar Mnuchin seperti dilansir dari CNBC International. "Gabungkan hal ini dengan pemotongan tingkat pajak dan saya rasa kita sedang melihat pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat sepanjang sisa tahun ini,".
Bahkan, ia berani bertaruh bahwa pertumbuhan ekonomi AS tahun ini bisa menyentuh 3%. Wall Street dibawa meroket pada perdagangan kemarin (21/5/2018) oleh pernyataan Mnuchin.
Beijing pun sudah tidak lagi panas. Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan kesepakatan kedua negara merupakan solusi yang terbaik.
"China tidak pernah mengharapkan peningkatan tensi dengan AS, baik dalam perdagangan atau bidang lainnya," sebut Lu.
Sebelumnya pada hari Sabtu (19/5/2018), AS dan China mengeluarkan pernyataan gabungan yang isinya menyatakan bahwa China akan secara signifikan meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS. Hal ini dipercayai akan mendorong laju perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam.
Depresiasi Rupiah Perlu Diperhatikan
Namun, investor yang kini sedang asyik berbelanja perlu memperhatikan depresiasi rupiah yang terus berlanjut. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,04% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.185. Padahal, indeks dolar AS sedang melemah sebesar 0,12%.
Jadi, penguatan IHSG pada hari ini bisa jadi hanya rebound semata. Dalam jangka yang lebih panjang, nampak susah bagi IHSG untuk terus menguat kala performa rupiah tak kunjung membaik.
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular