Dari Wall Street, tiga indeks saham utama naik cukup signifikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,21%, S&P 500 menguat 0,74%, dan Nasdaq bertambah 0,54%.
'Gencatan senjata' AS-China dalam perang dagang menjadi faktor utama positifnya kinerja Wall Street. Sentimen perang dagang, yang awalnya menjadi kekhawatiran besar, kini mungkin sudah boleh dilupakan.
"Kami menahan diri untuk tidak melakukan perang dagang. Saat ini, kami sepakat untuk tidak lagi saling menaikkan tarif selagi pembahasan kerangka kerja yang lebih substansial," ungkap Mnuchin akhir pekan lalu, seperti dikutip dari Reuters.
Presiden AS Donald Trump juga menyambut baik itikad China yang ingin meningkatkan pembelian produk-prodk Negeri Adidaya. Eks taipan properti tersebut mengatakan langkah China akan membantu rakyat AS.
"China sepakat untuk membeli tambahan produk pertanian dalam jumlah besar. Ini akan menjadi hal terbaik yang terjadi dalam kehidupan para petani kami!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter.
Beijing pun sudah tidak lagi panas. Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan kesepakatan kedua negara merupakan solusi yang terbaik.
"China tidak pernah mengharapkan peningkatan tensi dengan AS, baik dalam perdagangan atau bidang lainnya," sebut Lu.
Untuk perdagangan hari ini, solidnya kinerja Wall Street bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Biasanya performa Wall Street akan memberi warna kepada bursa saham Asia, sehingga diharapkan virus penguatan ini bisa menular sampai ke Indonesia.
Meredanya tensi perang dagang AS-China juga bisa menjadi katalis penggerak IHSG ke zona hijau. Ketika AS-China sudah berdamai, maka arus perdagangan dunia tidak akan terhambat. Dengan begitu, ekspor Indonesia pun bisa tetap lancar. Ini tentu bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Seiring kekhawatiran perang dagang yang semakin sirna, investor pun mulai kembali berani bermain dengan aset-aset berisiko seperti saham. Aset-aset di negara berkembang, termasuk Indonesia, juga bisa menjadi pilihan.
Lagipula, harga aset di Indonesia sudah cukup murah sehingga siap untuk diborong. Sampai kemarin, IHSG sudah anjlok 9,78% sejak awal tahun sehingga membuat harga aset menjadi lebih terjangkau. Bila aksi borong terjadi, maka bisa menjadi obat kuat bagi IHSG.
Risk appetite yang mulai muncul juga membuat investor berpaling dari dolar AS. Akibatnya, tren penguatan
greenback pun berhenti. Dollar Index yang sampai kemarin masih perkasa kini mulai lesu dengan mencatatkan koreksi 0,12%.
Jika minat investor terhadap aset-aset di negara berkembang kembali pulih, maka dolar AS akan semakin ditinggalkan sehingga nilainya terdepresiasi. Rupiah bisa memanfaatkan peluang ini untuk kembali menguat.
Penguatan rupiah, bila terjadi, akan berdampak positif bagi IHSG. Memegang aset berbasis rupiah akan menguntungkan saat mata uang ini terapresiasi, karena nilainya naik.
Investor, terutama asing, berpotensi kembali masuk ketika rupiah menguat. Masuknya investor asing tentu diharapkan bisa mendongkrak IHSG ke teritori positif.
Kemudian, faktor lain yang bisa menjadi doping penguatan IHSG adalah kenaikan harga minyak. Harga si emas hitam saat ini naik sampai lebih dari 1% ke titik tertinggi sejak 2014.
Penyebabnya adalah perkembangan di Venezuela, setelah Nicolas Maduro kembali terpilih sebagai presiden. AS menyatakan tidak merestui rezim Maduro untuk kembali berkuasa selama 6 tahun ke depan.
Oleh karena itu, Reuters mengabarkan bahwa Trump sudah menandatangani perintah larangan kepada warga negara AS untuk membeli aset-aset Venezuela. Hal ini bertujuan untuk membatasi ruang korupsi, sesuatu yang dituduhkan AS kepada pemerintahan Maduro.
Jika Venezuela kesulitan memperoleh akses pembiayaan, maka akan semakin menekan perekonomian negara tersebut, yang saat ini pun sudah jatuh ke lembah krisis. Dampaknya adalah produksi dan distribusi minyak akan terganggu.
Padahal Venezuela adalah negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Negeri yang banyak melahirkan Miss Universe ini punya cadangan minyak mencapai 300,88 miliar barel. Jumlah tersebut adalah sekitar 25% dari total cadangan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC).
Oleh karena itu, saat produksi Venezuela terganggu maka dampaknya adalah pasokan minyak ke pasar global pun akan seret. Persepsi inilah yang menyebabkan harga minyak bergerak ke atas.
Namun kenaikan harga minyak akan berdampak positif kepada IHSG. Biasanya emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi kala harga minyak naik.
Melimpahnya sentimen positif di pasar membuat IHSG berpotensi untuk
rebound dan kembali ke zona hijau. Kalau masih terkoreksi juga, itu namanya keterlaluan...
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rapat Dengar Pendapat Laporan Inflasi Inggris antara Bank of England (BoE) dan Monetary Policy Committee (16:00).
Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:
| Perusahaan | Jenis Kegiatan | Waktu |
| PT Multi Indocitra Tbk (MICE) | RUPS Tahunan | 09:00 |
| PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) | RUPS Tahunan | 13:00 |
| PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) | RUPS Tahunan | 14:00 |
| PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) | RUPS Tahunan | 14:00 |
| PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) | RUPS Tahunan | 15:30 |
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:
Indeks | Close | % Change | % YTD |
IHSG | 5,733.85 | (0.86) | (9.78) |
LQ45 | 906.90 | (1.30) | (15.98) |
DJIA | 24,013.29 | 1.21 | 1.19 |
CSI300 | 3,921.41 | 0.47 | (2.72) |
Hang Seng | 31,234.35 | 0.60 | 4.40 |
NIKKEI | 23,002.37 | 0.31 | 1.04 |
Strait Times | 3,548.23 | 0.54 | 4.27 |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
| Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
| USD/IDR | 14,180.00 | 0.21 | 6.62 |
| EUR/USD | 1.18 | 0.16 | 4.95 |
| GBP/USD | 1.34 | (0.29) | 3.39 |
| USD/CHF | 0.99 | (0.07) | 2.44 |
| USD/CAD | 1.28 | (0.76) | (5.26) |
| USD/JPY | 111.01 | 0.25 | 0.09 |
| AUD/USD | 0.76 | 0.97 | 1.52 |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
| Komoditas | Close | % Change | % YoY |
| Minyak WTI (USD/barel) | 72.28 | 1.49 | 42.47 |
| Minyak Brent (USD/barel) | 79.39 | 1.15 | 47.37 |
| Emas (USD/troy ons) | 1,293.31 | 0.07 | 2.63 |
| CPO (MYR/ton) | 2,433.00 | 0.00 | (16.10) |
| Batu bara (USD/ton) | 103.35 | (0.72) | 38.17 |
| Tembaga (USD/pound) | 3.08 | 1.11 | 19.00 |
| Nikel (USD/ton) | 14,688.50 | 1.10 | 57.07 |
| Timah (USD/ton) | 20,780.00 | 0.63 | 1.46 |
| Karet (JPY/kg) | 183.50 | 2.23 | (40.71) |
| Kakao (USD/ton) | 2,615.00 | (2.35) | 28.50 |
Berikut perkembangan imbal hasil (
yield) Surat Berharga Negara:
| Tenor | Yield (%) |
| 5Y | 7.02 |
| 10Y | 7.44 |
| 15Y | 7.82 |
| 20Y | 7.96 |
| 30Y | 7.93 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
| Indikator | Tingkat |
| Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY) | 5.06% |
| Inflasi (April 2018 YoY) | 3.41% |
| Defisit anggaran (APBN 2018) | -2.19% PDB |
| Transaksi berjalan (Q I-2018) | -2.15% PDB |
| Neraca pembayaran (Q I-2018) | -US$ 3.85 miliar |
| Cadangan devisa (April 2018) | US$ 124.9 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA