Seminggu Rupiah Melemah dari Rp 14.000/US$ Jadi Rp 14.200/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2018 15:33
Kenaikan Suku Bunga Acuan Belum Cespleng Bagi Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% pada Kamis pekan lalu belum terbukti mampu menjadi obat yang cespleng bagi rupiah. Sentimen eksternal, yaitu laju penguatan dolar AS, ternyata lebih dominan dalam mewarnai pergerakan mata uang Tanah Air. 

Dalam sepekan ke belakang, Dollar Index sudah menguat 1,53%. Energi penguatan greenback datang dari positifnya kinerja ekonomi Negeri Paman Sam. 

Pemulihan ekonomi tentunya akan melahirkan tekanan inflasi. Peningkatan ekspektasi inflasi terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi negara AS, di mana untuk tenor 10 tahun sudah menembus kisaran 3%. 

Cara untuk menjangkar ekspektasi inflasi adalah dengan kenaikan suku bunga acuan. Pasar pun berpersepsi bahwa masih ada kemungkinan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga lebih agresif dari perkiraan 3 kali sepanjang tahun ini. 

Kabar kenaikan suku bunga menjadi bahan bakar bagi penguatan dolar AS, dan ini berlangsung secara luas (broadbased). Akibatnya mata uang global cenderung tertekan, tidak terkecuali rupiah.  

Sentimen ini begitu kuat sehingga menutup kebijakan kenaikan suku bunga acuan oleh BI. Lagipula sepertinya kenaikan ini sudah agak terlambat, BI mungkin sudah behind the curve

Pasalnya, berbagai sentimen negatif eksternal sudah semakin bertambah dan semakin menumpuk. Pengetatan moneter di AS, kenaikan yield obligasi Negeri Paman Sam, tren apresiasi greenback, perang dagang AS-China (dan kini Jepang dikabarkan akan ikut terlibat), perjanjian nuklir Iran yang terancam kolaps, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu karena antreannya terlalu panjang. 

Sikap BI yang terus mempertahankan suku bunga acuan sejak September 2017 dan tidak ada pertanda untuk menaikkan sebelum pernyataan Gubernur BI Agus DW Martowardojo pada akhir April membuat modal asing terus keluar karena tidak ada jaminan kenaikan suku bunga. Oleh karena itu saat kenaikan suku bunga akhirnya dieksekusi, semua sudah terlambat.  

Akibatnya sudah terlihat, rupiah terus melemah dengan laju yang cukup cepat. Tentu bukan situasi yang menguntungkan bagi BI dan perekonomian nasional secara keseluruhan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/wed)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular