Seminggu Rupiah Melemah dari Rp 14.000/US$ Jadi Rp 14.200/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2018 15:33
Seminggu Rupiah Melemah dari Rp 14.000/US$ Jadi Rp 14.200/US$
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih enggan menguat. Bahkan hari ini dolar AS sudah menembus level baru di Rp 14.200.

Pada Senin (21/5/2018) pukul 14:38 WIB, US$ 1 di pasar spot dibanderol Rp 14.200. Rupiah melemah 0,35% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Dolar AS dibuka di Rp 14.150, tetapi kemudian dolar AS terus menguat. Posisi terkuat dolar AS hari ini sempat menyentuh Rp 14.205. 

Dalam Seminggu, Rupiah Melemah Lebih dari 200 PerakReuters

Rupiah bernasib sama dengan mata uang regional. Namun rupiah masuk jajaran mata uang dengan pelemahan terdalam. Rupiah berada di posisi ketiga, setelah yen Jepang dan won Korea Selatan. 

Berikut pergerakan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111.35-0,55
Yuan China6,39-0,23
Won Korsel1.086,10-0,51
Dolar Taiwan30,00-0,24
Rupee India68,12-0,20
Dolar Singapura1,35-0,33
Ringgit Malaysia3,98-0,20
Peso Filipina52,41-0,26
Baht Thailand32,26-0,22
 
Dolar AS memang sedang dalam jalur pendakian. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama, masih menguat 0,37%. 

Dalam Seminggu, Rupiah Melemah Lebih dari 200 PerakReuters
 
Depresiasi rupiah berlangsung cukup cepat. Pada 14 Mei, dolar AS masih berada di bawah Rp 14.000 tepatnya ditutup di Rp 13.965. Keesokan harinya baru dolar AS menembus Rp 14.000, tepatnya di Rp 14.032. Akhirnya hari ini dolar AS sudah menembus Rp 14.000. 

Artinya dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 235 poin atau 1,65%. Dalam periode yang sama, yen melemah 1,53% sementara won anjlok 1,47. Rupiah menjadi yang terburuk. 

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% pada Kamis pekan lalu belum terbukti mampu menjadi obat yang cespleng bagi rupiah. Sentimen eksternal, yaitu laju penguatan dolar AS, ternyata lebih dominan dalam mewarnai pergerakan mata uang Tanah Air. 

Dalam sepekan ke belakang, Dollar Index sudah menguat 1,53%. Energi penguatan greenback datang dari positifnya kinerja ekonomi Negeri Paman Sam. 

Pemulihan ekonomi tentunya akan melahirkan tekanan inflasi. Peningkatan ekspektasi inflasi terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi negara AS, di mana untuk tenor 10 tahun sudah menembus kisaran 3%. 

Cara untuk menjangkar ekspektasi inflasi adalah dengan kenaikan suku bunga acuan. Pasar pun berpersepsi bahwa masih ada kemungkinan The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga lebih agresif dari perkiraan 3 kali sepanjang tahun ini. 

Kabar kenaikan suku bunga menjadi bahan bakar bagi penguatan dolar AS, dan ini berlangsung secara luas (broadbased). Akibatnya mata uang global cenderung tertekan, tidak terkecuali rupiah.  

Sentimen ini begitu kuat sehingga menutup kebijakan kenaikan suku bunga acuan oleh BI. Lagipula sepertinya kenaikan ini sudah agak terlambat, BI mungkin sudah behind the curve

Pasalnya, berbagai sentimen negatif eksternal sudah semakin bertambah dan semakin menumpuk. Pengetatan moneter di AS, kenaikan yield obligasi Negeri Paman Sam, tren apresiasi greenback, perang dagang AS-China (dan kini Jepang dikabarkan akan ikut terlibat), perjanjian nuklir Iran yang terancam kolaps, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu karena antreannya terlalu panjang. 

Sikap BI yang terus mempertahankan suku bunga acuan sejak September 2017 dan tidak ada pertanda untuk menaikkan sebelum pernyataan Gubernur BI Agus DW Martowardojo pada akhir April membuat modal asing terus keluar karena tidak ada jaminan kenaikan suku bunga. Oleh karena itu saat kenaikan suku bunga akhirnya dieksekusi, semua sudah terlambat.  

Akibatnya sudah terlihat, rupiah terus melemah dengan laju yang cukup cepat. Tentu bukan situasi yang menguntungkan bagi BI dan perekonomian nasional secara keseluruhan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular