Yield SBN Melambung ke Level 7,4%, Tertinggi Sejak Maret 2017

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2018 11:45
Imbal hasil (yield) surat utang atau obligasi pemerintah terus melambung.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah terus melambung. Bahkan yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sudah menyentuh level 7,4%. 

Pada Senin (21/5/2018), yield SBN seri FR0064 berada di 7,443%. Naik dibandingkan posisi akhir pekan lalu yaitu 7,31%. Yield hari ini merupakan yang tertinggi sejak Maret 2017. 

Yield SBN Melambung ke Level 7,4%, Tertinggi Sejak Maret 2017Reuters

Investor asing masih cenderung keluar dari pasar SBN. Kepemilikan asing di SBN sejak awal tahun sudah mencatatkan jual bersih Rp 8,4 triliun. 

Yield SBN Melambung ke Level 7,4%, Tertinggi Sejak Maret 2017DJPPR Kemenkeu

Sementara Bank Indonesia (BI) masih cukup aktif 'bergerilya' di pasar SBN. Sejak awal tahun, kepemilikan BI di SBN bertambah cukup signifikan, yaitu Rp 44,3 triliun. 

Yield SBN Melambung ke Level 7,4%, Tertinggi Sejak Maret 2017DJPPR Kemenkeu
 
Tambahan kepemilikan BI belum mampu menyelamatkan pasar SBN. Sebab, investor lain masih melepas SBN mereka. Misalnya bank, di mana sejak awal tahun kepemilikan mereka turun Rp 6,05 triliun. 

Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu belum menjadi obat mujarab bagi pasar keuangan domestik, termasuk SBN. Bahkan tidak hanya SBN, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun turut tertekan. 

Pada pukul 11:26 WIB, IHSG melemah 0,67% dan investor asing membukukan jual bersih Rp 384,03 miliar. Sementara rupiah melemah 0,32% terhadap dolar AS. 

Arus modal keluar lagi-lagi mengarah ke dolar AS. Ini terlihat dari Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama, yang masih menguat 0,25% siang ini. 

Pelaku pasar sedang mengambil posisi sambil menunggu rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Mei 2018. The Fed memang menahan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut, tetapi pasar akan melihat rincian dari dinamika yang terjadi selama rapat. 

Investor akan meneliti kata demi kata yang keluar dari para petinggi The Fed, dan mencari petunjuk arah kebijakan moneter ke depan. Pelaku pasar akan melihat semua petunjuk yang mengarah kepada pengetatan moneter. 

Selain itu, apresiasi greenback juga didukung oleh melemahnya euro akibat kekhawatiran atas kondisi di Italia. Koalisi pemerintahan Negeri Pizza sepakat untuk menggenjot belanja negara, sesuatu yang membawa ingatan pelaku pasar kepada trauma krisis fiskal 2010. Kala itu, Italia (dan beberapa negara lain seperti Portugal, Irlandia, Yunani, dan Spanyol) didera krisis anggaran karena terlalu banyak utang jatuh tempo akibat belanja negara terlampau jor-joran. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular