Kereta Cepat, Ujian untuk Hubungan Malaysia-Singapura

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 May 2018 18:54
Pemerintahnya akan menilai inisiatif terhadap kelayakan dan jumlah uang pinjaman.
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Malaysia dan Singapura mungkin akan tertekan jika pemerintah terbaru menarik diri dari proyek kereta api yang menjadi lambang hubungan bilateral yang baik antar kedua negara.

Ketidakpastian membayangi masa depan kesepakatan yang dilakukan di tahun 2016 untuk membangun jaringan kereta berkecepatan tinggi antara Kuala Lumpur dan Singapura setelah Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pekan ini berkata semua program infrastruktur asing akan ditinjau. Pemerintahnya akan menilai inisiatif terhadap kelayakan dan jumlah uang pinjaman.

Membatalkan jaringan kereta sepanjang 350 kilometer, yang diprediksi akan memangkas waktu perjalanan antara kedua negara menjadi 90 menit dari empat sampai lima jam dengan mobil, bisa membangkitkan lagi ketegangan antara Malaysia dengan tetangganya yang super kaya itu.

Selama beberapa dekade, hubungan antara kedua negara itu tidak tenang setelah Singapura memisahkan diri dari Malaysia untuk menjadi negara sendiri di tahun 1965. Meskipun terkadang masih ada ketegangan terkait beberapa masalah seperti teritori dan perairan, keduanya kini menikmati hubungan hangat yang ingin dicerminkan oleh proyek kereta kecepatan tinggi Kuala Lumpur-Singapura.

"Kereta ini adalah proyek yang sangat penting, menyimbolkan perbaikan relasi antara Singapura dan Malaysia di tahun 2010an," kata Chan Xi Ying, Analis Riset yang fokus pada Malaysia di Nanyang Technological University.

Mahathir, politisi veteran berusia 92 tahun yang memenangkan pemilu pekan lalu, pernah menentang proyek kereta tersebut. Alasannya, dia menganggap beberapa mega proyek di era Pemerintahan Najib Razak, khususnya investasi China, "boros" dan "tidak perlu".

"Hubungan diplomasi dengan Singapura mungkin tidak sehangat ketika di bawah Najib, tapi hanya akan menegang jika Mahathir membatalkan jaringan kereta," tulis Peter Mumford, Asia Director di konsultan politik Eurasia Group, dalam sebuah catatan hari Rabu (16/5/2018).

"Hal itu akan mengejutkan, tetapi tidak terbayangkan, jika [Mahathir] menarik diri," tambah Mumford.

Saham YTL, konglomerasi yang menerima sebagian kontrak untuk membangun jalur kereta itu, anjlok lebih dari 8% di hari Senin (14/5/2018) ketika pasar saham Malaysia dibuka pasca pemilu.

Untuk saat ini, masih terlalu dini untuk membuat segala kesimpulan.

"Segala keputusan tentang proyek perekonomian dan hubungan asing, termasuk kereta kecepatan tinggi, bukanlah menjadi keputusan Perdana Menteri sendiri," menurut Chan.

Mahathir sendiri telah menyatakan bahwa proyek itu dianggap layak, bahkan bisa diperpanjang sampai ke perbatasan Malaysia-Thailand, tambahnya.

Menurut BMI Research, kereta Kuala Lumpur-Singapura sangat populer secara politik dan terdengar ekonomis, sehingga nampaknya akan terus berlanjut.

"Urusan bisnisnya didukung oleh fakta bahwa Singapura ke Kuala Lumpur adalah rute udara internasional tersibuk di dunia," kata perusahaan analisis itu dalam sebuah laporan. "Proses kontrak dan penawaran langsung berada di bawah kendali mantan Perdana Menteri Najib Razak," kata dia.

Di samping proyek kereta, kemenangan Mahathir dalam pemilu dipandang positif bagi Singapura.

"Singapura kemungkinan akan menyambut suara Malaysia yang lebih kuat di ASEAN dalam mendorong integrasi kawasan. Menunda atau membatalkan kereta yang disokong China dan investasi pelabuhan di Malaysia akan mengurangi risiko ancaman kompetitif terhadap status utamanya sebagai pusat logistik," kata Mumford.
(hps) Next Article Menhub: Pengerjaan KCIC & LRT Jangan Numpuk di Satu Tempat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular