
Dolar AS Rp 14.120, IHSG Tergelincir ke Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 May 2018 09:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini diperdagangkan melemah 0,12% ke level 5.808,89, pasca dibuka menguat 0,27%. Sebelumnya, bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi: indeks Nikkei dibuka menguat 0,3%, indeks Kospi dibuka menguat 0,46%, indeks Hang Seng dibuka menguat 0,3%, indeks Strait Times dibuka melemah 0,24%, dan indeks Shanghai dibuka melemah 0,1%.
Kenaikan suku bunga acuan menjadi fokus utama bagi investor pada pagi hari ini. Kemarin (17/5/2018), Bank Indonesia (BI) menaikkan 7-days reverse repo rate sebesar 25bps menjadi 4,5%. Namun, rupiah justru merespon kebijakan ini dengan negatif. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,52% terhadap dolar AS ke level Rp 14.120. Padahal, tujuan utama dari dinaikannya suku bunga acuan adalah meredam pelemahan rupiah.
Merepson pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 15,6 miliar di pasar saham. Memang, kenaikan suku bunga acuan sesungguhnya tak baik bagi ekonomi Indonesia dan pasar saham.
Kenaikan suku bunga acuan akan mengerek naik suku bunga kredit dan imbal hasil obligasi yang pada akhirnya membuat biaya dana (cost of fund) dari perusahaan-perusahaan di Indonesia ikut naik. Jika para perusahaan menaikkan harga jual produknya guna menjaga tingkat profitabilitas, konsumsi masyarakat bisa semakin tertekan.
Padahal, ekonomi Indonesia saat ini membutuhkan suntikan energi guna tumbuh lebih kencang. Pada kuartal-I 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 5,06%, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Capaian sepanjang kuartal-I 2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal-I 2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY.
Lemahnya laju ekonomi domestik salah satunya disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang belum bisa bangkit. Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%. Padahal, perbaikan konsumsi diharapkan mampu menopang laju ekonomi domestik pada tahun ini.
Jika kini suku bunga acuan dinaikkan, maka target pertumbuhan ekonomi nan ambisius yang dipatok oleh pemerintah di angka 5,4% kian mustahil untuk dicapai.
Investor nampak memaknai kebaikan suku bunga acuan menggunakan cara pandang tersebut, sehingga mata uang rupiah dan saham terus dilepas oleh mereka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
Kenaikan suku bunga acuan menjadi fokus utama bagi investor pada pagi hari ini. Kemarin (17/5/2018), Bank Indonesia (BI) menaikkan 7-days reverse repo rate sebesar 25bps menjadi 4,5%. Namun, rupiah justru merespon kebijakan ini dengan negatif. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,52% terhadap dolar AS ke level Rp 14.120. Padahal, tujuan utama dari dinaikannya suku bunga acuan adalah meredam pelemahan rupiah.
Padahal, ekonomi Indonesia saat ini membutuhkan suntikan energi guna tumbuh lebih kencang. Pada kuartal-I 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 5,06%, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Capaian sepanjang kuartal-I 2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal-I 2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY.
Lemahnya laju ekonomi domestik salah satunya disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang belum bisa bangkit. Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%. Padahal, perbaikan konsumsi diharapkan mampu menopang laju ekonomi domestik pada tahun ini.
Jika kini suku bunga acuan dinaikkan, maka target pertumbuhan ekonomi nan ambisius yang dipatok oleh pemerintah di angka 5,4% kian mustahil untuk dicapai.
Investor nampak memaknai kebaikan suku bunga acuan menggunakan cara pandang tersebut, sehingga mata uang rupiah dan saham terus dilepas oleh mereka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular