Dolar AS Rp 14.088, IHSG Menguat Tipis 0,06%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 May 2018 16:30
IHSG menguat tipis 0,06% ke level 5.841,46. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham lainnya di kawasan Asia diperdagangkan melemah.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,06% ke level 5.841,46. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham lainnya di kawasan Asia diperdagangkan melemah: Indeks Nikkei turun 0,44%, indeks Shanghai turun 0,7%, indeks Hang Seng turun 0,13%, indeks Strait Times turun 0,03%, dan indeks SET (Thailand) turun 0,58%.

IHSG sempat mencapai titik terendahnya di level 5.738,58 (-1,71%), sebelum berangsur-angsur naik dan kembali ke zona hijau. Koreksi yang sudah terjadi sepanjang minggu ini nampak membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi beli.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,5 triliun dengan volume sebanyak 10,3 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 421.553 kali.

Beberapa faktor membayangi pergerakan bursa saham domestik pada hari ini. Pertama, kenaikan suku bunga acuan yang sudah di depan mata. Mengutip Reuters, konsensus untuk suku bunga acuan yang akan diumumkan besok oleh Bank Indonesia (BI) berada di angka 4,5% atau 25bps lebih tinggi dibandingkan posisi saat ini.

Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong bunga kredit naik dan ini tentu bukan kabar baik bagi emiten-emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kedua, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kembali meroket ke atas 3%, yakni di level 3,0613%. Hal ini datang sebagai hasil dari ekspektasi atas akselerasi inflasi yang pada akhirnya akan berujung kepada kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh the Federal Reserve, seiring positifnya data-data ekonomi dari Negeri Paman Sam.

Teranyar, penjualan ritel naik 0,3% secara month-to-month (MtM), sesuai dengan ekspektasi pasar. Sementara pertumbuhan secara YoY mencapai 4,7%. Bila mengeluarkan penjualan mobil, bahan bakar, material bagunan, dan jasa makanan-minuman (sering disebut penjualan ritel inti atau core retail sales) ada kenaikan 0,4% MtM. Core retail sales ini paling mendekati konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

Seiring persepsi atas kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan, rupiah pun mendapatkan tekanan. Sampai dengan akhir perdagangan, rupiah melemah 0,4% terhadap dolar AS ke level Rp 14.088. Merespon pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 709,4 miliar.

Saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (Rp 209,9 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 130,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 96,8 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 79,9 miliar), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 61,4 miliar).

Ketiga, situasi geopolitik yang kurang kondusif. Korea Utara secara mengejutkan membatalkan pertemuan dengan Korea Selatan yang sejatinya akan dilakukan hari ini. Pembicaraan dengan Korea Selatan sebelumnya dimaksudkan untuk membicarakan langkah-langkah konkrit guna memenuhi hal-hal yang dijanjikan pada saat deklarasi perdamaian antar kedua negara beberapa waktu silam.

Mengutip CNBC International, media milik pemerintahan Korea Utara melaporkan bahwa latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan merupakan sebuah provokasi dan sebuah persiapan untuk melakukan invasi. Atas dasar itulah Korea Utara membatalkan pertemuannya dengan Korea Selatan.

Perkembangan terakhir, Korea Utara dikabarkan akan memikirkan kembali rencana pertemuannya dengan AS yang akan digelar pada 12 Juni mendatang di Singapura, jika AS tetap bersikeras memaksa Korea Utara untuk melepaskan senjata nuklirnya, seperti dikutip CNBC International dari KCNA, sebuah media milik pemerintahan setempat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular