Siap-siap, Rupiah Bakal Tertekan Akibat Defisit Neraca Dagang

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 May 2018 17:05
Defisit neraca perdagangan yang terjadi di April 2018 meninggalkan sejumlah catatan penting.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit neraca perdagangan yang terjadi di April 2018 meninggalkan sejumlah catatan penting. Selain menambah daftar isu negatif yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir, kondisi tersebut bukan tidak mungkin akan berdampak pada stabilitas nilai tukar.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai, pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) perlu mewaspadai kinerja ekspor dan impor ke depan. Apabila neraca perdagangan terus mengalami defisit, maka bukan tidak mungkin akan berdampak pada defisit transaksi berjalan (CAD)

"Tantangan ke depan adalah kemungkinan surplus neraca perdagangan dapat mengecil, atau bahkan defisit. Ini akhirnya akan berdampak pada CAD dan ujungnya ke tekanan rupiah jika asing masih pull out dari capital market," kata Andry kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/5/2018).

Berdasarkan data BI, defisit transaksi berjalan Indonesia masih mengalami defisit sebesar 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Terbatasnya kinerja ekspor menjadi penyebab transaksi berjalan masih mengalami defisit, bahkan angka ini terparah sejak kuartal I-2013.

Ekonom Bank Central Asia David Sumual memperkirakan, defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun berada di kisaran 2,4% dari PDB. Melebarnya CAD, sambung dia, tentu berpotensi menganggu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini sudah kembali menembus level Rp 14.000/US$.

Untuk mencegah hal itu terjadi, David memperkirakan bank sentral tidak hanya akan melakukan penyesuaian suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur bulan ini. Kenaikan suku bunga, lanjutnya, maksimal akan dilakukan dua kali demi meredam gejolak eksternal.

"Ini sebagai antitipasi ke depannya. Bulan ini dinaikan, selanjutnya mungkin kalau tidak Juni, Juli, atau Agustus. Dalam waktu berdekatan," jelasnya.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, defisit neraca perdagangan April semakin memperpanjang isu negatif yang menerpa perekonomian domestik di tengah gejolak yang terjadi pada nilai tukar. Hal ini, perlu menjadi perhatian pemerintah maupun bank sentral.

"Hal ini tetap menjadi tambahan tugas bagi pemerintah dan BI untuk menjaga kepercayaan investor. Karena sekarang ada tambahan isu negatif dari defisit neraca perdagangan," tegasnya.

(dru) Next Article Tembus Rp 14.500 per Dolar AS, ke Mana Rupiah Bergerak?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular