Neraca Perdagangan Terburuk Sejak 2014, IHSG Jatuh 1,27%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 May 2018 12:31
IHSG melemah 1,27% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.871,51.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,27% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.871,51. Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham kawasan regional yang juga terperangkap di zona merah: Indeks Nikkei turun 0,1%, indeks Shanghai turun 0,22%, indeks Hang Seng turun 0,9%, indeks Strait Times turun 0,28%, indeks Kospi turun 0,63%, dan indeks SET (Thailand) turun 0,49%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,6 triliun dengan volume sebanyak 5,2 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 210.972 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi koreksi IHSG diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-3,59%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-3,67%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-3,29%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-3,47%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-1,88%).

Dari sisi eksternal, panasnya tensi di Gaza menjadi fokus utama bagi investor. Kemarin, sebanyak 55 warga Palestina dibunuh oleh pasukan bersenjata Israel kala melakukan protes terkait dengan pemindahan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv Ke Yerusalem. Pada hari ini, aksi lanjutan melawan Israel akan dilakukan.

Dari dalam negeri, neraca perdagangan bulan April yang secara mengejutkan membukukan defisit telah menekan laju IHSG. Sepanjang bulan April, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor hanya tumbuh sebesar 9,01% YoY, lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni 12% YoY. Sementara itu, impor meroket hingga 34,68% YoY, jauh di atas konsensus yang sebesar 19,09% YoY.

Dengan demikian, neraca perdagangan mencatatkan defisit hingga US$ 1,63 miliar, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan akan ada surplus sebesar US$ 672 juta. Sebagai catatan, neraca perdagangan Indonesia pada bulan Januari dan Februari mencatatkan defisit, masing-masing sebesar US$ 756 juta dan US$ 52,9 juta. Barulah pada bulan Maret neraca dagang berhasil membukukan surplus, yaitu senilai US$ 1,09 miliar. Defisit neraca perdagangan bulan April lantas merupakan yang ketiga pada tahun ini.

Wajar jika pelaku pasar menanggapi negatif defisit neraca perdagangan bulan April. Pasalnya, sepanjang kuartal-I Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) membukukan defisit sebesar US$ 3,85 miliar, jauh lebih buruk dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu surplus US$ 4,51 miliar, terlepas dari neraca perdagangan barang yang positif. Jika kini neraca perdagangan barang negatif, bisa diekspektasikan bahwa defisit NPI kuartal-II akan membengkak.

Hal tersebut lantas memberikan tekanan kepada rupiah yang hingga melemah hingga 0,47% ke level Rp 14.030/dolar AS. Merespon pelemahan rupiah, investor asing telah mencatatkan jual bersih sebesar Rp 547,7 miliar.
(ank/ank) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular