Aliran Dana Keluar dari Pasar Saham Sebabkan Rupiah Tertekan
Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 May 2018 18:39
Jakarta, CNBC Indonesia - Aliran dana keluar (capital outflow) dari pasar saham menjadi salah satu faktor penekan rupiah. Padahal price to book value (PBV) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih premium dari PBV MSCI Index di Asia Pasific dan emerging market.
Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan saat ini PBV IHSG memang masih cenderung lebih murah jika dibanding dengan PBV dari Dow Jones Industrial Average (DJIA). Namun, jika dibanding dengan indeks MSCI Asia Pasific dan Emerging Market, IHSG masin cenderung mahal.
"Jadi kalau dilihat dari PBV maka outflow masih akan terus berlanjut. Kalau outflow berlanjut di ekuiti maka bisa menjadi tekanan ke rupiah, orang jual rupiah belinya dolar," kata Adrian di Graha CIMB, Jakarta, Senin (14/5).
Dia menyatakan hingga 11 Mei lalu, PBV dari IHSG masih sebesar 2,38x meski sudah turun dari posisi tahun lalu yang sebesar 2,58x dan lebih rendah dari PBV DJIA yang sebesar 3,93x di periode yang sama tahun ini.
Namun, nilai ini masih cenderung masih premium jika dibandingkan dengan PBV dari MSCI Asia Pasific yang 1,85x dan MSCI Emerging Market yang sebesar 1,70x. Nilai ini masih akan mengundang aksi jual untuk merealisasikan keuntungan di bursa dalam negeri.
Meski terjadi aliran keluar dari pasar saham, Adrian menilai pasar obligasi masih akan menjadi penopang rupiah. Tercatat secara year to date (hingga 9 Mei 2018), capital outflow di pasar saham sudah tercatat sebesar Rp 37,18 triliun, namun sebaikanya di pasar obligasi negara justru terjadi aliran dana masuk (capital inflow) senilai Rp 5,92 triliun.
Dia memperkiran rerata nilai rupiah sepanjang 2018 ini akan berada di level Rp 13.550, sedangkan di tahun ini rupiah akan berada di kisaran Rp 13.600-Rp 14.000.
"Kalau rupiah itu di Rp 14.000 bersifar temporer, mungkin menguat sedikit," kata dia.
(roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan saat ini PBV IHSG memang masih cenderung lebih murah jika dibanding dengan PBV dari Dow Jones Industrial Average (DJIA). Namun, jika dibanding dengan indeks MSCI Asia Pasific dan Emerging Market, IHSG masin cenderung mahal.
Namun, nilai ini masih cenderung masih premium jika dibandingkan dengan PBV dari MSCI Asia Pasific yang 1,85x dan MSCI Emerging Market yang sebesar 1,70x. Nilai ini masih akan mengundang aksi jual untuk merealisasikan keuntungan di bursa dalam negeri.
Meski terjadi aliran keluar dari pasar saham, Adrian menilai pasar obligasi masih akan menjadi penopang rupiah. Tercatat secara year to date (hingga 9 Mei 2018), capital outflow di pasar saham sudah tercatat sebesar Rp 37,18 triliun, namun sebaikanya di pasar obligasi negara justru terjadi aliran dana masuk (capital inflow) senilai Rp 5,92 triliun.
Dia memperkiran rerata nilai rupiah sepanjang 2018 ini akan berada di level Rp 13.550, sedangkan di tahun ini rupiah akan berada di kisaran Rp 13.600-Rp 14.000.
"Kalau rupiah itu di Rp 14.000 bersifar temporer, mungkin menguat sedikit," kata dia.
(roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular