Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Tak Jamin Penguatan Rupiah

Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 May 2018 15:35
Kenaikan suku bunga dalam waktu dekat bukanlah jalan keluar pelemahan rupiah yang terjadi saat ini.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga dalam waktu dekat bukanlah jalan keluar pelemahan rupiah yang terjadi saat ini. Karena, tak ada batas aman dan jaminan seberapa besar kenaikan suku bunga yang ideal untuk menopang rupiah untuk kembali menguat.

Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan tak ada jaminan saat ini jika Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga dan rupiah kembali menguat. Sebaliknya, jika suku bunga dinaikkan justru akan menyebabkan beberapa dampak negatifnya.

"Kalau misal kita mau menaikkan suku bunga untuk mempertahankan rupiah, mesti naik berapa. Apa ada jaminan kalau naik 25 bps, 50 bps, 100 bps, 200 bps atau 300 bps apa ada jaminan rupiah menguat?" kata Adrian di Graha CIMB, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Dia menjelaskan beberapa hal yang yang tak mendukung kenaikan suku bunga saat ini. Pertama, dia menilai inflasi saat ini masih cenderung rendah maka tingkat permintaan masyarat masih cukup rendah. Hal ini memberikan kesan bahwa perekonomian Indonesia masih memerlukan dorongan akomodasi moneter maupun fiskal.

Kedua, business cycle Indonesia baru saja dimulai pada kuartal keempat 2016 dan baru berjalan lima kuartal. Sehingga, kenaikan suku bunga Indonesia tak bisa disamakan dengan yang terjadi di Amerika Serikat dengan business cycle yang sudah berada di ujung dengan kondisi inflasi yang bergerak naik.

Ketiga, saat ini rupiah ditentukan berdasarkan keranjang mata uang, bukan bagian dari dolar zone. Kondisi beberapa negara yang tak menaikkan suku bunga dan bahkan beberapa justru menurunkan suku bunga seperti China, Jepang, Eropa dan Malaysia. Sehingga tak ada alasan Indonesia menaikkan suku bunga, karena mata uang Indonesia masih kuat dari mayoritas mata uang lainnyya.

"Nomor empat, kalau terjadi inflasi dari current account defisit dan fiskal defisit dan inflasi Amerika besar menyebabkan harusnya mata uang turun. Kalau demikian makanya policy statement Amerika want a weaker dolar, not a strong dolar. Jadi artinya, pelemahan rupiah dari dolar saat ini brsifat temporer saja," kata dia.

Selanjutnya, dia menjelaskan saat ini tingkat volatilitas di pasar ekuitas dan surat utang dalam negeri sudah melemah dari empat minggu lalu. Sehingga artinya saat ini kenaikan suku bunga ini sama saja dengan memasang pagar untuk kondisi yang sudah mereda.

Terakhir, Adrian menilai pelemahan mata uang saat ini tak hanya dialami oleh mata uang garuda saja. Namun juga terjadi pada beberapa neara lainnya.

Sebaliknya, dia menilai kenaikan suku bunga justru akan berimbas negatif pada pasar saham dan pasar surat utang dalam negeri. Kenaikan suku bunga ini juga akan membuat Bank Indonesia terkesan panik dan recovery ekonomi Indonesia akan kembali melemah.

"Jadi baik secara teknis, kebijakan, timing, background global tidak ada alasan kenaikan suku bunga," tutup dia.

(dru) Next Article Pompa Likuiditas Bank, Kebijakan BI Ini Berlanjut di 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular