
BI: Likuiditas Perbankan akan Diturunkan Bertahap

Jakarta, CNBC Indonesia - Likuiditas perbankan melimpah sejak adanya pandemi covid-19, akibat pelonggaran kebijakan oleh Bank Indonesia (BI). Baik melalui kebijakan moneter maupun makroprudensial.
Akan tetapi, tentu ini tidak bisa berlangsung lama. Seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia, maka kelebihan likuiditas tersebut akan dikurangi secara bertahap.
"Kelebihan likuiditas di perbankan akan kami turunkan bertahap dan sangat hati-hati agar tidak mengganggu perbankan dalam penyaluran kredit dan pembelian SBN untuk pembiayaan APBN," jelas Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan BI (PTBI) 2021, Rabu (24/11/2021)
Perry menekankan, hal tersebut bukan berarti BI tidak dalam posisi mendorong pemulihan ekonomi. Sederet kebijakan lain tetap akan dijaga agar pertumbuhan ekonomi terjaga dengan baik.
"Kebijakan makro prudensial longgar pertahankan pada 2022 untuk mendorong kredit perbankan pada sektor-sektor prioritas," paparnya.
Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp137,24 triliun pada tahun 2021 (hingga 16 November 2021). Sepanjang 2021, BI telah melakukan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp143,32 triliun sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 16 April 2020 sebagaimana telah diperpanjang tanggal 11 Desember 2020 hingga 31 Desember 2021. Pembelian tersebut terdiri dari Rp67,87 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).
Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada Oktober 2021 sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 34,05% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 9,44% (yoy). Likuiditas perekonomian meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 14,6% (yoy) dan 10,4% (yoy).
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Tambah Utang, Cadangan Devisa Naik Jadi US$156,1 M