Siaga I Ancaman Bom, IHSG Melemah 0,76%

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 May 2018 12:25
IHSG terkoreksi 0,76% ke level 5.911,79 sampai dengan akhir sesi 1. Pelemahan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham di kawasan Asia ditransaksikan menguat.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,76% ke level 5.911,79 sampai dengan akhir sesi 1. Pelemahan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham di kawasan Asia ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,42%, indeks Shanghai naik 0,55%, indeks Hang Seng naik 1,28%, indeks SET (Thailand) naik 0,35%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,43%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,6 triliun dengan volume sebanyak 4,5 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 191.795 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan terhadap koreksi IHSG diantaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2,75%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,74%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-1,27%), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (-4,05%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,51%).

Pelemahan IHSG banyak dipicu oleh faktor domestik. Pertama, rangkaian ledakan bom yang terjadi di Surabaya. Kemarin (13/5/2018), ledakan bom terjadi Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Akibat ledakan ini, 13 jiwa setidaknya dikabarkan melayang dan 41 lainnya luka-luka.

Kemudian pada pagi hari ini pukul 08:50 WIB, ledakan bom kembali terjadi di Polrestabes Surabaya. Serangan dilakukan dengan bom yang di pasang di dalam kendaraan.

"Baru saja kejadian pukul 08.50 WIB di Polrestabes Surabaya. Serangan dilakukan dengan bom kendaraan," tutur Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung dalam konferensi pers di kantornya, Senin (14/5/2018).

Menyusul serangkaian peristiwa mengenaskan ini, kondisi siaga 1 Jabodetabek diberlakukan bagi polisi jajaran Polda Metro.

Kedua, rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada hari Jumat lalu (11/5/2018). Bank Indonesia (BI) mencatat NPI kuartal-1 mengalami defisit sebesar US$ 3,85 miliar, memburuk dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu surplus US$ 4,51 miliar.

Seperti biasa, transaksi berjalan (current account) masih membukukan defisit. Kali ini, nilainya US$ 5,54 miliar atau setara dengan 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pencapaian ini membengkak ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 2,16 miliar (0,89% PDB).

Biasanya defisit transaksi berjalan bisa ditutup oleh surplus di transaksi modal dan finansial. Namun, hal tersebut kali ini tidak berlaku. Transaksi modal dan finansial memang masih membukukan surplus sebesar US$ 1,81 miliar, namun jauh lebih rendah dibandingkan posisi kuartal I-2017 yang mencapai US$ 6,93 miliar

Defisit NPI menandakan bahwa kebutuhan dolar AS lebih besar ketimbang penerimaannya. Defisit NPI yang besar pada kuartal-I membuat investor asing khawatir bahwa hal serupa akan terjadi pada kuartal-kuartal berikutnya.

Hal ini lantas membuat investor meragukan taji dari mata uang domestik. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,29% terhadap dolar AS ke level Rp 13.985.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Tak Hanya Bom, Faktor Ini Juga Bantu Merahkan IHSG

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular