Pandangan 5 Ekonom Terkait Bom di Surabaya
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 May 2018 07:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku pasar menilai ledakan bom beruntun yang terjadi di Surabaya tidak akan memberikan dampak buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah.
CNBC Indonesia, Senin (14/5/2018) merangkum berbagai pandangan pelaku pasar terkait dengan dampak dari ledakan bom tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Berikut petikannya :
Bank Central Asia
Ekonom BCA David Sumual saat berbincang dengan CNBC Indonesia mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan dampak dari insiden tersebut terhadap perekonomian. Sebab, aksi tersebut bukanlah menjadi yang pertama kali di Indonesia.
"Ketika pertama kali terjadi pada 2002, dampaknya terhadap IHSG cukup dalam. Rupiah juga melemah. Kondisi tersebut memang terpengaruh sampai periode 2005. Setiap ada peristiwa, IHGS melemah, rupiah juga melemah," kata David.
"Tetapi setelah itu, pengaruhnya tidak sesensitif di awal. Misalnya peristiwa Thamrin dan Kampung Melayu, tidak pengaruh signifikan ke pasar. Dalam jangka pendek, akan stabil-stabil saja apalagi BI [Bank Indonesia] sudah siap stabilisasi," jelasnya.
Namun, David menggarisbawahi, dalam jangka panjang dari insiden tersebut bisa saja memberikan dampak buruk bagi perekonomian, terutama dari sisi investasi. Menurut dia, yang menjadi pertimbangan investor sebelum menanamkan modalnya adalah keamanan.
"Apalagi ini tahun politik, khawatirnya mereka [investor] ragu investasi di Indonesia dalam satu atau dua tahun ini. Pemerintah harus menjamin. Harus integral antara hukum, aturan, dan penegakan sehingga memberikan kepastian," jelasnya.
Maybank
Hal senada dikemukakan Ekonom Maybank Myrdal Gunarto. Menurutnya, faktor eksternal masih menjadi momok yang dikhawatirkan memberikan dampak bagi sendi-sendi perekonomian nasional, dibandingkan dengan sentimen dari insiden di Surabaya.
"Berkaca pada kejadian bom sebelumya, saya rasa dampaknya masih belum signifikan terhadap perekonomian. [...] Masih akan didomminasi oleh tekanan eksternal. Apalagi, aparat keamanan kita juga bergerak cepat dalam menyelesaikan masalah terorisme ini," jelasnya.
Sekuritas
Kepala Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memandang, insiden tersebut tidak akan terlalu memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan bursa saham nasional. Alasannya, pelaku pasar lebih melihat fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
"Kita tau fundamental kita masih kuat, dan itu yang lebih dilihat oleh investor," kata William saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Universitas Indonesia
Ekonom UI Fithra Hastiadi menilai, insiden yang terjadi di Surabaya masih berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian, meskipun dampaknya tidak akan berkelanjutan. Dia meminta kepada seluruh pemangku kepentingan untuk tetap menjaga iklim investasi jauh lebih kondusif.
"Tetap ada tekanan, tapi saya rasa ini tidak akan signifikan karena bukan faktor fundamental. Sentimen negatif berbasis ekspektasi masih harus kita waspadai, karenanya pemerintah pelru hadir dan membatasi kepanikan," katanya.
"Untuk membuat pasar kondusif, sebaiknya semua elemen menahan diri dan tidak menyebarkan kepanikan," ungkapnya.
CORE Indonesia
DIrektur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah justru memiliki pandangan berbagai. Menurut dia, insiden bom tersebut berpotensi semakin memperbesar tekanan terhadap rupiah, lantaran meningkatkan persepsi risiko investor yang menanamkan modalnya di dalam negeri.
Peristiwa tersebut, sambund Piter, dalam jangka pendek akan memengaruhi pergerakan rupiah. Sementara dalam jangka panjang, upaya pemerintah meningkatkan investasi sebagai motor pertumbuhan ekonomi baru bisa saja meleset karena insiden tersebut.
"Sementara terhadap perekonomian secara keseluruhan insiden ini membuat target pertumbuhan ekonomi sebesar 5.4 persen semakin sulit dicapai. Target itu bukan tidak mungkin dicapai tp memerlukan upaya yg luar biasa," katanya.
"Insiden ini menjadi sumber tekanan baru berupa persepsi tentang keamanan investasi. [...] Pertumbuhan ekonomi dengan adanya insiden bom akan semakin sulit mencapai target 5,4%, bahkan kemungkinan terburuknya jatuh ke bawah 5%," ungkap Piter.
(dru) Next Article Analis Nilai Bom Surabaya Tak Akan Berdampak Negatif ke IHSG
CNBC Indonesia, Senin (14/5/2018) merangkum berbagai pandangan pelaku pasar terkait dengan dampak dari ledakan bom tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Berikut petikannya :
Bank Central Asia
"Ketika pertama kali terjadi pada 2002, dampaknya terhadap IHSG cukup dalam. Rupiah juga melemah. Kondisi tersebut memang terpengaruh sampai periode 2005. Setiap ada peristiwa, IHGS melemah, rupiah juga melemah," kata David.
"Tetapi setelah itu, pengaruhnya tidak sesensitif di awal. Misalnya peristiwa Thamrin dan Kampung Melayu, tidak pengaruh signifikan ke pasar. Dalam jangka pendek, akan stabil-stabil saja apalagi BI [Bank Indonesia] sudah siap stabilisasi," jelasnya.
Namun, David menggarisbawahi, dalam jangka panjang dari insiden tersebut bisa saja memberikan dampak buruk bagi perekonomian, terutama dari sisi investasi. Menurut dia, yang menjadi pertimbangan investor sebelum menanamkan modalnya adalah keamanan.
"Apalagi ini tahun politik, khawatirnya mereka [investor] ragu investasi di Indonesia dalam satu atau dua tahun ini. Pemerintah harus menjamin. Harus integral antara hukum, aturan, dan penegakan sehingga memberikan kepastian," jelasnya.
Maybank
Hal senada dikemukakan Ekonom Maybank Myrdal Gunarto. Menurutnya, faktor eksternal masih menjadi momok yang dikhawatirkan memberikan dampak bagi sendi-sendi perekonomian nasional, dibandingkan dengan sentimen dari insiden di Surabaya.
"Berkaca pada kejadian bom sebelumya, saya rasa dampaknya masih belum signifikan terhadap perekonomian. [...] Masih akan didomminasi oleh tekanan eksternal. Apalagi, aparat keamanan kita juga bergerak cepat dalam menyelesaikan masalah terorisme ini," jelasnya.
Sekuritas
Kepala Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memandang, insiden tersebut tidak akan terlalu memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan bursa saham nasional. Alasannya, pelaku pasar lebih melihat fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
"Kita tau fundamental kita masih kuat, dan itu yang lebih dilihat oleh investor," kata William saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
Universitas Indonesia
Ekonom UI Fithra Hastiadi menilai, insiden yang terjadi di Surabaya masih berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian, meskipun dampaknya tidak akan berkelanjutan. Dia meminta kepada seluruh pemangku kepentingan untuk tetap menjaga iklim investasi jauh lebih kondusif.
"Tetap ada tekanan, tapi saya rasa ini tidak akan signifikan karena bukan faktor fundamental. Sentimen negatif berbasis ekspektasi masih harus kita waspadai, karenanya pemerintah pelru hadir dan membatasi kepanikan," katanya.
"Untuk membuat pasar kondusif, sebaiknya semua elemen menahan diri dan tidak menyebarkan kepanikan," ungkapnya.
CORE Indonesia
DIrektur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah justru memiliki pandangan berbagai. Menurut dia, insiden bom tersebut berpotensi semakin memperbesar tekanan terhadap rupiah, lantaran meningkatkan persepsi risiko investor yang menanamkan modalnya di dalam negeri.
Peristiwa tersebut, sambund Piter, dalam jangka pendek akan memengaruhi pergerakan rupiah. Sementara dalam jangka panjang, upaya pemerintah meningkatkan investasi sebagai motor pertumbuhan ekonomi baru bisa saja meleset karena insiden tersebut.
"Sementara terhadap perekonomian secara keseluruhan insiden ini membuat target pertumbuhan ekonomi sebesar 5.4 persen semakin sulit dicapai. Target itu bukan tidak mungkin dicapai tp memerlukan upaya yg luar biasa," katanya.
"Insiden ini menjadi sumber tekanan baru berupa persepsi tentang keamanan investasi. [...] Pertumbuhan ekonomi dengan adanya insiden bom akan semakin sulit mencapai target 5,4%, bahkan kemungkinan terburuknya jatuh ke bawah 5%," ungkap Piter.
(dru) Next Article Analis Nilai Bom Surabaya Tak Akan Berdampak Negatif ke IHSG
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular