Ini Sebab Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Bengkak

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
11 May 2018 18:02
Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2018 tercatat US$ 3,9 miliar. Apa sebabnya?
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2018 tercatat US$ 3,9 miliar. Sementara, defisit transaksi berjalan tercatat US$ 5,5 miliar (2,1% PDB) pada triwulan I-2018.

"Defisit NPI pada triwulan I 2018 tercatat US$ 3,9 miliar. Ke depan, NPI diprakirakan tetap baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal," kata BI dalam penjelasan BI dalam siaran persnya, Jumat (11/5/2018).

Menurut BI, bank sentral akan terus mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, antara lain peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara, dan kenaikan harga minyak dunia.

"Bank Indonesia terus menempuh bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah khususnya dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural, sehingga ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga," kata BI.

Penyebab Defisit NPI Bengkak

BI menjelaskan, NPI tersebut dipengaruhi oleh defisit transaksi berjalan dan transaksi modal-finansial. BI mencatat telah terjadi penurunan defisit transaksi berjalan. Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder.

"Defisit transaksi berjalan lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 6,0 miliar (2,3% PDB). Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder," jelas BI.

Penurunan defisit neraca jasa terutama dipengaruhi kenaikan surplus jasa perjalanan (travel) seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan menurunnya impor jasa pengangkutan (freight). Peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder sejalan dengan naiknya penerimaan remitansi dari pekerja migran Indonesia.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas menurun terutama dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas. Impor nonmigas juga menurun meski lebih terbatas, dengan impor barang modal dan bahan baku masih berada pada level yang tinggi sejalan dengan kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat.

Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2018 tercatat US$ 1,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi. Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansial triwulan I-2018 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya.

"Penurunan surplus tidak terlepas dari dampak peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global yang kemudian mengakibatkan penyesuaian penempatan dana asing di pasar saham dan pasar surat utang pemerintah. Penurunan surplus juga dipengaruhi oleh komponen investasi lainnya yang tercatat defisit, terutama dipengaruhi naiknya penempatan simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri," kata BI.

(dru/dru) Next Article Sri Mulyani : Kita Akan Kehilangan Sosok Agus Martowardojo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular