
Dolar AS di Bawah Rp 14.000, IHSG Kok Turun?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 May 2018 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Terlepas dari nilai tukar rupiah yang sudah kembali ke bawah level Rp 14.000/US$, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru bergerak turun. Sampai dengan berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,75% terhadap dolar AS ke level Rp 13.970.
Sinyal yang semakin jelas dari Bank Indonesia (BI) terkait kenaikan suku bunga acuan terbukti ampuh membuat rupiah perkasa di hadapan dolar AS, setidaknya untuk saat ini.
Namun, IHSG justru bergerak turun. Sempat mencapai titik tertingginya di level 6.023,04 (+1,95% dibandingkan penutupan perdagangan tanggal 9 Mei), kini penguatan IHSG hanya tersisa 1,1% di level Rp 5.972,74.
Investor Asing Belum All-In
Salah satu faktor yang membuat IHSG tak bisa mempertahankan penguatannya adalah investor asing yang gencar melakukan aksi jual selepas perdagangan sesi 2 dimulai.
Sampai akhir sesi I, beli bersih investor asing tercatat di kisaran Rp 20 miliar. Kini, nilainya hanya tersisa Rp 3,15 miliar.
Walaupun rupiah sudah berbalik menguat, investor asing nampak masih sangat berhati-hati. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan pada akhirnya bisa menjadi bumerang bagi ekonomi Indonesia.
Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong naik suku bunga kredit yang pada akhirnya semakin menekan daya beli masyarakat. Padalah, suku bunga acuan rendah saja konsumsi masyarakat Indonesia sudah lemah.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94% YoY.
Semakin tertekan karena daya beli masyarakat dipastikan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi. Benar saja, saham-saham emiten barang konsumsi kompak dilepas investor asing pada hari ini: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dilepas Rp 24,9 miliar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dilepas Rp 21,6 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dilepas Rp 11 miliar, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dilepas Rp 11 miliar.
Selain itu, investor juga menantikan rilis data neraca berjalan kuartal-I 2018 yang dijadwalkan pada hari ini. Jika defisit ternyata lebih lebar dari yang diperkirakan, maka rupiah bisa kembali berada dalam tekanan.
(hps) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Sinyal yang semakin jelas dari Bank Indonesia (BI) terkait kenaikan suku bunga acuan terbukti ampuh membuat rupiah perkasa di hadapan dolar AS, setidaknya untuk saat ini.
Namun, IHSG justru bergerak turun. Sempat mencapai titik tertingginya di level 6.023,04 (+1,95% dibandingkan penutupan perdagangan tanggal 9 Mei), kini penguatan IHSG hanya tersisa 1,1% di level Rp 5.972,74.
Salah satu faktor yang membuat IHSG tak bisa mempertahankan penguatannya adalah investor asing yang gencar melakukan aksi jual selepas perdagangan sesi 2 dimulai.
Sampai akhir sesi I, beli bersih investor asing tercatat di kisaran Rp 20 miliar. Kini, nilainya hanya tersisa Rp 3,15 miliar.
Walaupun rupiah sudah berbalik menguat, investor asing nampak masih sangat berhati-hati. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan pada akhirnya bisa menjadi bumerang bagi ekonomi Indonesia.
Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong naik suku bunga kredit yang pada akhirnya semakin menekan daya beli masyarakat. Padalah, suku bunga acuan rendah saja konsumsi masyarakat Indonesia sudah lemah.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94% YoY.
Semakin tertekan karena daya beli masyarakat dipastikan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan emiten-emiten sektor barang konsumsi. Benar saja, saham-saham emiten barang konsumsi kompak dilepas investor asing pada hari ini: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dilepas Rp 24,9 miliar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dilepas Rp 21,6 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dilepas Rp 11 miliar, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dilepas Rp 11 miliar.
Selain itu, investor juga menantikan rilis data neraca berjalan kuartal-I 2018 yang dijadwalkan pada hari ini. Jika defisit ternyata lebih lebar dari yang diperkirakan, maka rupiah bisa kembali berada dalam tekanan.
(hps) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular