
Apakah Wajar Dolar AS di Rp 14.000/US$?
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
09 May 2018 18:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang saat ini sudah menembus angka Rp 14.000/US$ dinilai merupakan angka yang undervalued. Nilai tukar rupiah terhadap dolar seharusnya bisa berada di bawah angka tersebut.
"[Dolar AS] Rp 14.000 itu undervalued," jelas Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono dalam sebuah diskusi di Hotel Milenium, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Menurut Tony, dengan adanya depresiasi rupiah dan apresiasi dolar tersebut bukan berarti Amerika Serikat (AS) senang. Pasalnya, dengan mata uang dolar yang terlalu kuat, maka hal tersebut bisa mengurangi daya saing AS.
"Apalagi di saat yang sama, AS ingin mengurangi defisit ke China. Donald Trump juga sudah melakukan proteksionisme dan kampanye America First. Kalau seperti ini, dolar jadi tidak kompetitif, AS pasti akan kelimpungan," papar dia.
Pemilik dana pun, menurut Tony apabila keluar dari Indonesia, pilihan investasinya tidak begitu banyak. Apabila investor tersebut ke AS, bursa saham di sana jatuh. "Sooner or later mereka akan balik dan rupiah [per dolar] bisa di bawah Rp 14.000/US$,"kata dia.
Namun demikian, sembari menunggu investor kembali, regulator memang tidak boleh diam. Hal ini juga untuk meningkatkan persepsi dan sentimen pasar. "Ketika menunggu mereka balik, jangan diam saja," ungkap dia.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
"[Dolar AS] Rp 14.000 itu undervalued," jelas Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono dalam sebuah diskusi di Hotel Milenium, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Menurut Tony, dengan adanya depresiasi rupiah dan apresiasi dolar tersebut bukan berarti Amerika Serikat (AS) senang. Pasalnya, dengan mata uang dolar yang terlalu kuat, maka hal tersebut bisa mengurangi daya saing AS.
Pemilik dana pun, menurut Tony apabila keluar dari Indonesia, pilihan investasinya tidak begitu banyak. Apabila investor tersebut ke AS, bursa saham di sana jatuh. "Sooner or later mereka akan balik dan rupiah [per dolar] bisa di bawah Rp 14.000/US$,"kata dia.
Namun demikian, sembari menunggu investor kembali, regulator memang tidak boleh diam. Hal ini juga untuk meningkatkan persepsi dan sentimen pasar. "Ketika menunggu mereka balik, jangan diam saja," ungkap dia.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular