
Indeks Shanghai Dibuka Melemah Tipis, Hang Seng Naik 0,16%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 May 2018 09:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka melemah 0,04% ke level 3.160,14, sementara indeks Hang Seng dibuka naik 0,16% ke level 30.452,16.
Aksi ambil untung nampak membebani kinerja indeks Shanghai. Pasalnya, pada perdagangan kemarin (8/5/2018), indeks Shanghai sudah menguat sebesar 0,79%, dimotori oleh kuatnya data-ekspor impor.
Sepanjang April, ekspor China tumbuh 12,9% YoY, melampaui konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 6,3% YoY. Sementara itu, impor meroket hingga 21,5%, di atas ekspektasi yang sebesar 12,9% YoY. Kuatnya angka ekspor China membuktikan bahwa penerapan bea masuk baja dan aluminium oleh AS belum secara signifikan membebani ekonomi Negeri Panda tersebut.
Bahkan, surplus perdagangan China dengan AS melebar menjadi US$ 22,19 miliar pada bulan lalu, dari US$ 15,43 miliar pada bulan Maret. Sepanjang Januari-April, surplus dagang China dengan AS mencapai US$ 80,4 miliar.
Dari indeks Hang Seng, sebanyak 16 saham ditransaksikan menguat, 30 saham melemah, sementara 4 saham tak mencatatkan perubahan harga.
Sepanjang hari ini, sentimen geopolitik akan membayangi laju kedua indeks saham tersebut, yakni memanasnya tensi di timur tengah pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump lantas menambahkan bahwa sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi akan dikenakan bagi Iran.
"Perjanjian dengan Iran ini sangat buruk dan hanya menguntungkan satu pihak. Seharusnya tidak pernah dibuat. AS akan mengenakan sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.
Iran merespon tegas keputusan Trump. Hassan Rouhani, Presiden Iran, mengatakan negaranya akan terus menjalankan kesepakatan meski tanpa AS. Rouhani juga menegaskan bahwa langkah AS adalah sesuatu yang illegal dan merusak tatanan internasional.
Bahkan, perang mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, Israel telah mengumumkan peringatan terkait adanya aktivitas abnormal dari tentara Iran di Suriah. Israel lantas memerintahkan tempat perlindungan bom di Golan Heights untuk disiapkan.
Jika tanda-tanda adanya perang semakin nyata, investor bisa dipaksa melepas instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkan dananya ke instrumen safe haven.
Kemudian, potensi kenaikan suku bunga acuan secara lebih agresif masih terbuka lebar, didukung oleh rendahnya tingkat pengangguran dan pernyataan anggota FOMC Raphael Bostic bahwa kenaikan suku bunga sebanyak 4 kali mungkin saja terjadi.
"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters.
Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat 0,13% ke level 93,229.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Aksi ambil untung nampak membebani kinerja indeks Shanghai. Pasalnya, pada perdagangan kemarin (8/5/2018), indeks Shanghai sudah menguat sebesar 0,79%, dimotori oleh kuatnya data-ekspor impor.
Sepanjang April, ekspor China tumbuh 12,9% YoY, melampaui konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 6,3% YoY. Sementara itu, impor meroket hingga 21,5%, di atas ekspektasi yang sebesar 12,9% YoY. Kuatnya angka ekspor China membuktikan bahwa penerapan bea masuk baja dan aluminium oleh AS belum secara signifikan membebani ekonomi Negeri Panda tersebut.
Dari indeks Hang Seng, sebanyak 16 saham ditransaksikan menguat, 30 saham melemah, sementara 4 saham tak mencatatkan perubahan harga.
Sepanjang hari ini, sentimen geopolitik akan membayangi laju kedua indeks saham tersebut, yakni memanasnya tensi di timur tengah pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump lantas menambahkan bahwa sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi akan dikenakan bagi Iran.
"Perjanjian dengan Iran ini sangat buruk dan hanya menguntungkan satu pihak. Seharusnya tidak pernah dibuat. AS akan mengenakan sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.
Iran merespon tegas keputusan Trump. Hassan Rouhani, Presiden Iran, mengatakan negaranya akan terus menjalankan kesepakatan meski tanpa AS. Rouhani juga menegaskan bahwa langkah AS adalah sesuatu yang illegal dan merusak tatanan internasional.
Bahkan, perang mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Pasalnya, Israel telah mengumumkan peringatan terkait adanya aktivitas abnormal dari tentara Iran di Suriah. Israel lantas memerintahkan tempat perlindungan bom di Golan Heights untuk disiapkan.
Jika tanda-tanda adanya perang semakin nyata, investor bisa dipaksa melepas instrumen berisiko seperti saham dan mengalihkan dananya ke instrumen safe haven.
Kemudian, potensi kenaikan suku bunga acuan secara lebih agresif masih terbuka lebar, didukung oleh rendahnya tingkat pengangguran dan pernyataan anggota FOMC Raphael Bostic bahwa kenaikan suku bunga sebanyak 4 kali mungkin saja terjadi.
"Saya cukup yakin dengan (kenaikan suku bunga acuan) tiga kali untuk saat ini. Namun saya terbuka jika situasi mengarah ke tujuan lain. Apakah itu dua kali, atau empat kali, tergantung data yang ada," ungkap Bostic, dikutip dari Reuters.
Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat 0,13% ke level 93,229.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular