
Dolar AS Tembus Rp 14.000, IHSG Justru Meroket 1,6%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 May 2018 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham mengawali pekan ini dengan manis. Sampai akhir perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,6% ke level 5.885,1, di mana ini merupakan penguatan harian terbesar ke-2 pada tahun ini. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham regional diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei turun 0,03%, indeks Shanghai naik 1,48%, indeks Hang Seng naik 0,23%, indeks Strait Times turun 0,34%, dan indeks Kospi turun 1,04%.
Pesatnya laju IHSG didorong oleh optimisme atas membaiknya perekonomian Indonesia pada kuartal-II, seiring kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode April. Pada hari Jumat (4/5/2018), Bank Indonesia mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode April sebesar 122,2, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 121,6. Kenaikan IKK ini merupakan yang pertama sepanjang tahun 2018. Kenaikan IKK pada bulan lalu didorong oleh salah satu dari dua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang naik menjadi 134,3, dari yang sebelumnya 133. Sementara itu, indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 110,2, sama dengan bulan sebelumnya.
Kenaikan optimisme pada akhirnya membuat masyarakat Indonesia semakin royal dalam membelanjakan uangnya. Pada bulan lalu, 66% pendapatan masyarakat dihabiskan untuk konsumsi, naik dari bulan Maret yang sebesar 63,9%. Rasio cicilan terhadap pendapatan juga naik menjadi 13,9% dari yang sebelumnya 13,7%. Di sisi lain, porsi pendapatan yang disimpan turun dari 22,4% menjadi 20%.
Kenaikan belanja masyarakat tentu berpotensi besar mendongkrak perekonomian Indonesia dan kinerja keuangan emiten di sektor barang konsumsi. Sebagai catatan, kinerja emiten barang konsumsi sepanjang kuartal I-2018 dapat dikatakan mengecewakan, seiring terus menurunnya IKK pada 3 bulan pertama tahun ini.
Merespons kenaikan IKK, sektor barang konsumsi meroket hingga 5,1%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi penguatan IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang diperdagangkan menguat di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+8,23%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+5,62%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+4,17%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+4,57%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+6,47%).
Walaupun menguat begitu tinggi, bukan berarti tak ada sentimen negatif yang membayangi laju IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 di level 5,06% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Secara quarter-on-quarter (QoQ), ekonomi Indonesia melemah 0,42%.
Capaian sepanjang kuartal I-2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal I-2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY. Lemahnya laju ekonomi domestik salah satunya disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang belum bisa bangkit.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Kemudian, pergerakan rupiah mendapat sorotan dari investor pada hari ini. Pasalnya, mata uang domestik tersebut pada akhirnya menyentuh level psikologis Rp 14.000/dolar AS menjelang penutupan perdagangan, walaupun mengakhiri hari di level Rp 13.995/dolar AS atau melemah 0,43% dibandingkan penutupan hari Jumat lalu.
Pelemahan rupiah dipicu oleh potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve sebanyak 4 kali yang masih terbuka lebar, pasca angka pengangguran AS per akhir April tercatat turun ke level terendah dalam hampir 18 tahun, yaitu di level 3,9%. Selain itu, buruknya angka pertumbuhan ekonomi kuartal I ikut membuat greenback perkasa terhadap rupiah.
Merespons rupiah yang masih melemah, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 655,08 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 110,83 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 92,52 miliar), PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk/BTEK (Rp 90 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 65,71 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 63,77 miliar).
(ank/ank) Next Article Konsumen Masih "Pede", IHSG Bisa Bertahan di Zona Hijau
Pesatnya laju IHSG didorong oleh optimisme atas membaiknya perekonomian Indonesia pada kuartal-II, seiring kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode April. Pada hari Jumat (4/5/2018), Bank Indonesia mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode April sebesar 122,2, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 121,6. Kenaikan IKK ini merupakan yang pertama sepanjang tahun 2018. Kenaikan IKK pada bulan lalu didorong oleh salah satu dari dua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang naik menjadi 134,3, dari yang sebelumnya 133. Sementara itu, indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 110,2, sama dengan bulan sebelumnya.
Kenaikan optimisme pada akhirnya membuat masyarakat Indonesia semakin royal dalam membelanjakan uangnya. Pada bulan lalu, 66% pendapatan masyarakat dihabiskan untuk konsumsi, naik dari bulan Maret yang sebesar 63,9%. Rasio cicilan terhadap pendapatan juga naik menjadi 13,9% dari yang sebelumnya 13,7%. Di sisi lain, porsi pendapatan yang disimpan turun dari 22,4% menjadi 20%.
Merespons kenaikan IKK, sektor barang konsumsi meroket hingga 5,1%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi penguatan IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang diperdagangkan menguat di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+8,23%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+5,62%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+4,17%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+4,57%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+6,47%).
Walaupun menguat begitu tinggi, bukan berarti tak ada sentimen negatif yang membayangi laju IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 di level 5,06% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Secara quarter-on-quarter (QoQ), ekonomi Indonesia melemah 0,42%.
Capaian sepanjang kuartal I-2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal I-2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY. Lemahnya laju ekonomi domestik salah satunya disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang belum bisa bangkit.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Kemudian, pergerakan rupiah mendapat sorotan dari investor pada hari ini. Pasalnya, mata uang domestik tersebut pada akhirnya menyentuh level psikologis Rp 14.000/dolar AS menjelang penutupan perdagangan, walaupun mengakhiri hari di level Rp 13.995/dolar AS atau melemah 0,43% dibandingkan penutupan hari Jumat lalu.
Pelemahan rupiah dipicu oleh potensi kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve sebanyak 4 kali yang masih terbuka lebar, pasca angka pengangguran AS per akhir April tercatat turun ke level terendah dalam hampir 18 tahun, yaitu di level 3,9%. Selain itu, buruknya angka pertumbuhan ekonomi kuartal I ikut membuat greenback perkasa terhadap rupiah.
Merespons rupiah yang masih melemah, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 655,08 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 110,83 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 92,52 miliar), PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk/BTEK (Rp 90 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 65,71 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 63,77 miliar).
(ank/ank) Next Article Konsumen Masih "Pede", IHSG Bisa Bertahan di Zona Hijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular