Konsumen Masih "Pede", IHSG Bisa Bertahan di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 May 2018 14:10
Sampai dengan berita ini diturunkan, IHSG menguat 1,22% ke level 5.862,84.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca sempat tertekan pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 yang lebih rendah dari estimasi, IHSG kini mulai bangkit lagi. Sampai dengan berita ini diturunkan, IHSG menguat 1,22% ke level 5.862,84.

BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 di level 5,06% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY. Secara quarter-on-quarter (QoQ), ekonomi Indonesia melemah 0,42%.

Capaian sepanjang kuartal-I 2018 tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan realisasi kuartal-I 2017. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY. Lemahnya laju ekonomi domestik salah satunya disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang belum bisa bangkit.

Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% YoY, tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%. Padahal, perbaikan konsumsi diharapkan mampu menopang laju ekonomi domestik pada tahun ini.

Nampaknya, investor lebih fokus kepada prospek perekonomian yang terbilang relatif cerah. Pada hari Jumat (4/5/2018), Bank Indonesia mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode April sebesar 122,2, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 121,6. Kenaikan IKK ini merupakan yang pertama sepanjang tahun 2018. Kenaikan IKK pada bulan lalu didorong oleh salah satu dari dua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang naik menjadi 134,3, dari yang sebelumnya 133. Sementara itu, indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 110,2, sama dengan bulan sebelumnya.

Kenaikan optimisme pada akhirnya membuat masyarakat Indonesia semakin royal dalam membelanjakan uangnya. Pada bulan lalu, 66% pendapatan masyarakat dihabiskan untuk konsumsi, naik dari bulan Maret yang sebesar 63,9%. Rasio cicilan terhadap pendapatan juga naik menjadi 13,9% dari yang sebelumnya 13,7%. Di sisi lain, porsi pendapatan yang disimpan turun dari 22,4% menjadi 20%.

Kenaikan belanja masyarakat tentu berpotensi besar mendongkrak perekonomian Indonesia dan kinerja keuangan emiten di sektor barang konsumsi. Sebagai catatan, kinerja emiten barang konsumsi sepanjang kuartal-I dapat dikatakan mengecewakan, seiring terus menurunnya IKK pada 3 bulan pertama tahun ini.

Merespon kenaikan IKK, sektor barang konsumsi menguat hingga 3,73%, menjadikannya sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi penguatan IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang diperdagangkan menguat diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+7,62%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+4,52%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,53%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,83%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+1,08%.

BPS pun dalam konferensi persnya mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi kedepannya.

"Kita berhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi karena ada momentum-momentum yang bisa memacu ekonomi. Ada Ramadan, Pilkada dan Asian Games," kata Kepala BPS Suhariyanto.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular