
Jelang Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi, IHSG Menguat 0,79%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 May 2018 09:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,37% ke level 5.814,95 pada pagi hari ini. Selepas pembukaan perdagangan, IHSG terus-menerus naik. Sampai berita ini diturunkan, IHSG telah menguat 0,79% ke level 5.838,05.
Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan regional yang telah lebih dahulu dibuka di zona hijau: indeks Nikkei dibuka naik 0,18% ke level 22.513,22, indeks Kospi naik 1,02% ke level 2.486,47, indeks Strait Times naik 0,23% ke level 3.553,47, indeks Shanghai dibuka naik 0,13% ke level 3.094,9, dan indeks Hang Seng dibuka naik 0,59% ke level 30.102,06.
Pada perdagangan hari ini, investor akan mencermati rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-I oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,18% YoY. Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 adalah 5,01% YoY. Jika ada kejutan dari data tersebut, maka IHSG berpotensi memperlebar penguatannya.
Sebelumnya, rilis kinerja keuangan kuartal-I oleh para emiten yang mengecewakan telah menekan laju bursa saham dalam negeri. Lantas, investor beraharap banyak pada rilis data pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, pelemahan rupiah perlu diwaspadai oleh investor. Kini, rupiah terdepresiasi 0,09% terhadap dolar AS ke level 13.948.
Pada hari Jumat (4/5/2018), Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pergerakan dolar AS yang semakin mendekati Rp 14.000/dolar AS. BI memandang, ekonomi Indonesia akan tetap baik-baik saja meskipun rupiah menembus level tersebut.
"Jangan terlalu dikhawatirkan, seolah-olah kita akan alami suatu kesulitan besar. Tidak. Ini hanya psikologis saja karena dampak terhadap ekonomi tidak terlalu signifikan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah di Gedung BI, Jumat.
Lebih lanjut, Nanang menambahkan intervensi yang dilakukan bank sentral bukan bertujuan untuk mencapai level tertentu, melainkan mengelola volatilitas.
Dengan mencermati pernyataan tersebut, besar kemungkinan bank sentral akan membiarkan rupiah menyentuh level Rp 14.000/dolar AS jika tekanan jual kelewat besar. Pasalnya, terus-menerus melakukan intevensi hanya akan menguras cadangan devisa tanpa memberikan kepastian bahwa tekanan jual akan mereda.
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan regional yang telah lebih dahulu dibuka di zona hijau: indeks Nikkei dibuka naik 0,18% ke level 22.513,22, indeks Kospi naik 1,02% ke level 2.486,47, indeks Strait Times naik 0,23% ke level 3.553,47, indeks Shanghai dibuka naik 0,13% ke level 3.094,9, dan indeks Hang Seng dibuka naik 0,59% ke level 30.102,06.
Pada perdagangan hari ini, investor akan mencermati rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-I oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,18% YoY. Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 adalah 5,01% YoY. Jika ada kejutan dari data tersebut, maka IHSG berpotensi memperlebar penguatannya.
Di sisi lain, pelemahan rupiah perlu diwaspadai oleh investor. Kini, rupiah terdepresiasi 0,09% terhadap dolar AS ke level 13.948.
Pada hari Jumat (4/5/2018), Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pergerakan dolar AS yang semakin mendekati Rp 14.000/dolar AS. BI memandang, ekonomi Indonesia akan tetap baik-baik saja meskipun rupiah menembus level tersebut.
"Jangan terlalu dikhawatirkan, seolah-olah kita akan alami suatu kesulitan besar. Tidak. Ini hanya psikologis saja karena dampak terhadap ekonomi tidak terlalu signifikan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah di Gedung BI, Jumat.
Lebih lanjut, Nanang menambahkan intervensi yang dilakukan bank sentral bukan bertujuan untuk mencapai level tertentu, melainkan mengelola volatilitas.
Dengan mencermati pernyataan tersebut, besar kemungkinan bank sentral akan membiarkan rupiah menyentuh level Rp 14.000/dolar AS jika tekanan jual kelewat besar. Pasalnya, terus-menerus melakukan intevensi hanya akan menguras cadangan devisa tanpa memberikan kepastian bahwa tekanan jual akan mereda.
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular