Terdongkrak Wall Street, Bursa Saham Asia Dibuka Naik

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 May 2018 09:11
Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka menguat pada hari ini, seiring dengan penguatan Wall Street pada hari Jumat lalu.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka menguat pada hari ini. Indeks Nikkei dibuka naik 0,18% ke level 22.513,22, indeks Kospi naik 1,02% ke level 2.486,47, indeks Strait Times naik 0,23% ke level 3.553,47, indeks Shanghai dibuka naik 0,13% ke level 3.094,9, dan indeks Hang Seng dibuka naik 0,59% ke level 30.102,06.

Penguatan Wall Street menjadi motor utama bagi bursa saham Benua Kuning pada pagi hari ini. Pada hari Jumat lalu (4/5/2018), Dow Jones menguat 1,39%, S&P 500 menguat 1,28%, dan Nasdaq bertambah 1,71%.

Penguatan Wall Street kala itu dipicu oleh kenaikan saham Apple sebesar 3,9% ke titik tertingginya di level US$ 183,83/saham, didorong oleh pernyataan Berkshire Hathaway (perusahaan investasi milik Warren Buffet), bahwa mereka telah menambah kepemilikan atas saham Apple sebanyak 75 juta unit. Sebelumnya, saham mereka di Apple berjumlah sekitar 165,3 juta unit bernilai US$ 28 miliar (Rp 389,2 triliun).

Di sisi lain, berbagai risiko sejatinya masih menghantui pergerakan bursa saham. Pertama, pertmeuan delegasi AS-China selama 2 hari pada 3-4 Mei silam terkait hal perdagangan tidak membuahkan hasil yang manis. Hal ini dketahui dari cuitan Presiden AS Donald Trump di Twitter. Mantan pebisnis tersebut mengeluhkan bahwa China seolah enggan melepaskan diri dari surplus perdagangan yang besar dengan Negeri Paman Sam.


"Delegasi tingkat tinggi kami telah melakukan pertemuan panjang dengan para pemimpin dan pelaku usaha China. Kami akan segera merumuskan langkah berikutnya, tetapi sepertinya sulit bagi China karena mereka terlalu manja dengan kemenangan dagang atas AS!" tegas Trump melalui akun @realDonaldTrump.

Kedua, potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari rencana juga masih menghantui. Pasalnya, tingkat pengangguran AS per akhir bulan lalu diumumkan sebesar 3,9%, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 4%. Sebagai catatan, capaian tersebut merupakan yang terbaik dalam hampir 18 tahun terakhir. Kuatnya data tenaga kerja tersebut sangat mungkin mendorong the Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article AS-China Makin Panas, Bursa Asia Kian Terjebak di Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular