Dolar AS Kembali Lompat ke Level Tertingginya di 2018

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
05 May 2018 07:01
Dolar AS kembali perkasa dan naik ke level tertingginya tahun ini terhadap beberapa mata uang di Jumat (4/5/2018) waktu setempat.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar AS kembali perkasa dan naik ke level tertingginya tahun ini terhadap beberapa mata uang di Jumat (4/5/2018) waktu setempat. Hal ini terjadi meskipun data ketenagakerjaan AS mengecewakan untuk bulan April 2018.

Data soal pekerjaan yang dilansir Departemen Tenaga Kerja AS mencatat ekonomi AS hanya menambahkan lebih sedikit pekerjaan dari yang diharapkan meskipun tingkat pengangguran turun mendekati level terendah 18 tahun terakhir di posisi 3,9%. Sementara, tingkat penghasilan per jam rata-rata naik 4 sen, atau 0,1% bulan lalu setelah naik 0,2% naik di bulan Maret.

"Ini mungkin jeda, tetapi tidak ada bisa yang menghentikan pasar," kata Steven Englander, kepala penelitian dan strategi di Rafiki Capital di New York seperti dilansir CNBC International, Sabtu (5/5/2018).

"Saya pikir minggu depan kita akan melihat sekelompok pembicara di Fed mengungkapkan kepercayaan dalam ekonomi," kata Englander.

Hal tersebut membuat Indeks dolar (DXY) terakhir naik 0,19% menjadi 92,59, setelah sebelumnya di sesi pertama perdagangan mencapai 92,899, level tertinggi sejak 28 Desember 2017

Greenback memecahkan rekor lawan franc Swiss. Naik 0,32% terhadap franc di 1.0006.

Dolar telah menguat karena para investor bertaruh bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga sementara bank-bank sentral lainnya termasuk Bank Sentral Eropa (ECB) akan bertindak lebih lambat.

"Cerita dalam beberapa hari terakhir telah mengecewakan ECB dan Inggris untuk mulai menaikkan suku bunga setelah The Fed," kata Gavin Friend, ahli strategi pasar senior di NAB di London.

Kenaikan tajam dolar dalam beberapa pekan terakhir sampai menembus di atas rata-rata pergerakan untuk pertama kalinya dalam satu tahun.

Erik Nelson, ahli strategi mata uang di Wells Fargo di New York, melihat kenaikan lebih lanjut dalam greenback terbatas. Bagaimanapun, ia mengatakan bahwa pesimisme atas ekonomi mungkin berlebihan.

"Saya pikir ekonomi cukup kuat di negara-negara itu untuk menjaga bank sentral AS tetap di jalur normalisasi kebijakan moneter," kata Nelson.


(dru) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular