
BI: Tak Perlu Khawatir Jika Dolar Sentuh Rp 14.000
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 May 2018 17:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menegaskan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pergerakan dolar AS yang semakin mendekati Rp 14.000/US$. BI memandang, ekonomi Indonesia akan tetap baik-baik saja meskipun rupiah menembus level tersebut.
"Jangan terlalu dikhawatirkan Rp 14.000/US$, seolah-olah kita akan alami suatu kesulitan besar. Tidak. Ini hanya psikologis saja karena dampak terhadap ekonomi tidak terlalu signifikan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah di Gedung BI, Jumat (4/5/2018).
Nanang menjelaskan, intervensi yang dilakukan bank sentral bukan bertujuan untuk mencapai level tertentu, melainkan mengelola volatilitas. Sejauh ini apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, volatilitas rupiah relatif terjaga di kisaran 5%.
"Kita sebetulnya bergerak stabil. Negara-negara lain itu volatilinya itu semua di atas 10%, bahkan ada yang 20%. Turki itu tinggi sekali," katanya.
Menurut Nanang, dengan volatilitas yang terjaga dengan baik hal ini memberikan kepastian bagi investor. Meskipun secara nominal pergerakan nilai tukar rupiah yang mendekati level Rp 14.000/US$ cukup besar, namun dari sisi volatilitasnya jauh lebih terkendali.
Hal tersebut, sambung dia, yang menyebabkan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir berada di level Rp 13.900/US$. Nanang menegaskan, fokus bank sentral adalah mengelola volatilitas nilai tukar rupiah agar tidak semakin mengalami depresiasi.
"Hari ini rupiah ditutup Rp 13.945/US$, dengan volatility 5,7% per hari ini. Yang melemah terdalam India Rupee, Thailand Bath, Singapura Dolar, Malaysia Ringgit. Indonesia cuma 0,01%. Jadi stabil," jelasnya.
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
"Jangan terlalu dikhawatirkan Rp 14.000/US$, seolah-olah kita akan alami suatu kesulitan besar. Tidak. Ini hanya psikologis saja karena dampak terhadap ekonomi tidak terlalu signifikan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah di Gedung BI, Jumat (4/5/2018).
Nanang menjelaskan, intervensi yang dilakukan bank sentral bukan bertujuan untuk mencapai level tertentu, melainkan mengelola volatilitas. Sejauh ini apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, volatilitas rupiah relatif terjaga di kisaran 5%.
Menurut Nanang, dengan volatilitas yang terjaga dengan baik hal ini memberikan kepastian bagi investor. Meskipun secara nominal pergerakan nilai tukar rupiah yang mendekati level Rp 14.000/US$ cukup besar, namun dari sisi volatilitasnya jauh lebih terkendali.
Hal tersebut, sambung dia, yang menyebabkan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir berada di level Rp 13.900/US$. Nanang menegaskan, fokus bank sentral adalah mengelola volatilitas nilai tukar rupiah agar tidak semakin mengalami depresiasi.
"Hari ini rupiah ditutup Rp 13.945/US$, dengan volatility 5,7% per hari ini. Yang melemah terdalam India Rupee, Thailand Bath, Singapura Dolar, Malaysia Ringgit. Indonesia cuma 0,01%. Jadi stabil," jelasnya.
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular