Seperti Apa Kinerja IHSG Saat "Sell in May and Go Away"?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2018 14:07
Bagaimana prospek IHSG kali ini pada periode 'Sell in May and Go Away' tahun ini? Akankah IHSG kembali menunjukkan kinerja yang mengecewakan?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki Mei, istilah 'Sell in May and Go Away' mulai tergambar dari pergerakan IHSG. Apalagi fenomena itu mulai kelihatan mirip dengan apa yang sedang terjadi di bursa saham domestik saat ini.

Sepanjang Mei-Oktober (periode 'Sell in May and Go Away'), rata-rata imbal hasil IHSG nai sangat tipis sebesar 0,01%. Sementara itu, pada periode November-April imbal IHSG bisa mencapai 7,3%.

[Gambas:Video CNBC]
Lantas, bagaimana prospek IHSG kali ini pada periode 'Sell in May and Go Away' tahun ini? Akankah IHSG kembali menunjukkan kinerja yang mengecewakan?

Tahun ini, nampaknya situasi tak akan berbeda jauh. Pasalnya, kinerja keuangan dari emiten-emiten sektor jasa keuangan dan barang konsumsi yang sudah dirilis sejauh ini dapat dikatakan mengecewakan.

Tim riset CNBC Indonesia mengompilasi laba bersih dari para emiten kedua sektor tersebut dan membandingkannya dengan dengan rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters.

Prospek IHSG Pada Periode 'Sell in May and Go Away'Foto: CNBC Indonesia/Anthony Kevin


Mengecewakannya kinerja emiten-emiten jasa keuangan dan barang konsumsi tentu bukan pertanda baik bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Pasalnya, kedua sektor tersebut merupakan cerminan kinerja ekonomi dalam negeri.

Ketika kinerja dari kedua sektor tersebut mengecewakan, dapat diproyeksikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi kuartal-I yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Mei mendatang juga tak akan menggembirakan.

Apalagi, pertumbuhan ekonomi kuartal-I di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo terbilang jarang memenuhi ekspektasi para ekonom. Pada kuartal-I 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia diumumkan di level 4,71% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 4,95% YoY. Pada kuartal-I 2016, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,92% YoY, lagi-lagi dibawah ekspektasi para ekonom yang sebesar 5,05% YoY.

Barulah pada kuartal 1-2017 capaiannya mampu melampaui ekspektasi, walaupun sangat tipis selisihnya. Pada 3 bulan pertama tahun lalu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01% YoY, sedikit di atas konsensus yang sebesar 5% YoY.

Dalam kondisi yang kurang baik seperti saat ini, investor dituntut untuk lebih selektif dalam mengatur portfolionya guna menghindari kerugian.

(hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular