Anjlok 2,33%, IHSG Terparah di Asia

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2018 12:37
 Jika dibandingkan dengan bursa saham lainnya di kawasan Asia, koreksi IHSG merupakan yang terparah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 2,33% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.872,37. Jika dibandingkan dengan bursa saham lainnya di kawasan Asia, koreksi IHSG merupakan yang terparah: indeks Strait Times melemah 1,57%, indeks Shanghai melemah 0,16%, indeks Hang Seng melemah 1,66%, dan indeks Kospi melemah 0,47%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,57 miliar dengan volume sebanyak 4,18 miliar saham. Frekuensi perdagangan tercatat 229.215 kali.

Sentimen negatif bagi bursa saham regional datang dari pernyataan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) pada dini hari tadi (3/5/2018). Walaupun suku bunga acuan tetap ditahan seperti estimasi pelaku pasar, The Fed mengungkapkan inflasi dan inflasi inti telah bergerak menuju target sebesar 2%.

Pernyataan tersebut merupakan sebuah peningkatan dari pernyataan pada bulan maret lalu, dimana kala itu The Fed mengungkapkan bahwa kedua indikator tersebut telah bertengger di bawah 2%.

Tak sampai disitu, The Fed juga seakan mengindikasikan bahwa inflasi bisa meroket di atas 2%. "Inflasi dalam basis 12 bulan (YoY) diharapkan berada di sekitar target simetris 2% dalam jangka waktu menengah," tulis pernyataan The Fed.

Penggunaan kata simetris inilah yang menimbulkan persepsi bahwa inflasi nantinya bisa melebihi level 2%. Sebagai catatan, inflasi sebesar 2% dianggap the Fed sebagai level inflasi yang sehat dan merupakan kunci dari kebijakan suku bunganya.

Pelaku pasar dibuat gusar oleh hal tersebut. Pasalnya, inflasi yang sudah semakin mendekati target dan bahkan bisa melebihinya kembali membuka ruang bagi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Rupiah pun menjadi korban. Sampai dengan akhir sesi 1, rupiah melemah 0,22% ke level Rp 13.970/dolar AS. Merespon pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih sebesar Rp 325,15 miliar.

Kemudian, investor juga dipaksa bermain aman dengan melepas instrumen beresiko seperti saham sembari menantikan hasil pertemuan delegasi AS dengan pejabat pemerintahan China pada hari ini dan besok (4/5/2018). Pertemuan ini dimaksudkan untuk membicarakan isu-isu terkait perdagangan. Namun, pertemuan ini nampaknya tak akan berlangsung mulus.

Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS. China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.

Sebelum pertemuan tersebut berlangsung pada hari ini, tensi antar kedua negara memang sudah terlebih dahulu dibuat panas. Pada hari ini waktu setempat, Pentagon telah melarang took-toko ritel di markas militer AS untuk menjual ponsel buatan ZTE dan Huawei terkait alasan keamanan.

Bagi ZTE yang bermarkas di Zhenzhen, hal tersebut tentu menjadi pukulan telak. Pasalnya, belum lama ini perusahaan telah dilarang untuk membeli komponen dari perusahaan asal AS selama 7 tahun lamanya.

Pelarangan tersebut merupakan imbas dari kegagalan ZTE dalam mematuhi kesepakatan dengan pemerintahan AS setelah terbukti bersalah tahun lalu di pengadilan federal Texas karena mengirimkan produknya secara ilegal ke Iran.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular