
Dikawal Ketat oleh BI, Pelemahan Rupiah 'Hanya' 0,25%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 May 2018 16:40

Sentimen yang mewarnai depresiasi rupiah (dan mata uang Asia lainnya) masih sama, yaitu sikap investor yang menunggu hasil pertemuan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed hari ini. The Fed diperkirakan masih menahan suku bunga acuan di 1,5-1,75% pada pertemuan bulan ini, dengan probabilitas 94,3%.
Pada Juni, kemungkinan kenaikan suku bunga sudah dominan. Kemunginan untuk kenaikan sebesar 25 basis poin adalah 89,6%. Bahkan ada potensi untuk kenaikan sampai 50 basis poin dengan probabilitas 10,1%.
Melihat perkembangan ini, investor sepertinya lebih memilih memegang dolar AS. Dengan prospek kenaikan suku bunga, maka memegang greenback akan menguntungkan karena nilainya naik.
Rilis data inflasi domestik ternyata belum bisa menyelamatkan rupiah. Badan Pusat Statistik mengumumkan laju inflasi pada April 2017 sebesar 0,1% secara bulanan sehingga inflasi tahunan adalah 3,41%. Sementara inflasi inti adalah 2,69% secara tahunan. Pencapaian ini lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan inflasi bulanan di 0,14%, inflasi tahunan 3,49%, dan inflasi inti tahunan 2,72%.
Sentimen ini berhasil mempengaruhi pasar saham, terlihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat 0,29%. Positifnya data inflasi berhasil meredam pelemahan IHSG.
Namun di pasar uang, kabar baik dari inflasi tidak terlalu berpengaruh. Padahal, mata uang sejatinya sangat sensitif terhadap inflasi. Bila inflasi terkendali, mata uang akan menguat karena nilainya tidak tergerus inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Pada Juni, kemungkinan kenaikan suku bunga sudah dominan. Kemunginan untuk kenaikan sebesar 25 basis poin adalah 89,6%. Bahkan ada potensi untuk kenaikan sampai 50 basis poin dengan probabilitas 10,1%.
Melihat perkembangan ini, investor sepertinya lebih memilih memegang dolar AS. Dengan prospek kenaikan suku bunga, maka memegang greenback akan menguntungkan karena nilainya naik.
Sentimen ini berhasil mempengaruhi pasar saham, terlihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat 0,29%. Positifnya data inflasi berhasil meredam pelemahan IHSG.
Namun di pasar uang, kabar baik dari inflasi tidak terlalu berpengaruh. Padahal, mata uang sejatinya sangat sensitif terhadap inflasi. Bila inflasi terkendali, mata uang akan menguat karena nilainya tidak tergerus inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Pages
Most Popular