Netanyahu Panaskan Tensi Iran, Harga Minyak Melambung

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
01 May 2018 18:45
Harga minyak kembali naik, didorong komentar Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang membeberkan dokumen terkait program senjata nuklir Iran.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali mendapatkan energi positif kemarin, Senin (30/4/2018), didorong oleh komentar Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang membeberkan sejumlah dokumen terkait program rahasia Iran dalam membangun senjata nuklir.

Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 bergerak menguat 0,69% ke US$68,57/barel, sementara Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2018 naik 0,71% ke US$75,17/barel.


Dengan capaian tersebut, Brent mampu membukukan harga tertingginya sejak November 2014. Brent kontrak Juni 2018 sendiri sudah kadaluarsa kemarin, dan Brent kontrak Juli 2018 tercatat bergerak di level US$74,68/barel hingga pukul 14.06 WIB hari ini.
Netanyahu Panaskan Tensi Iran, Harga Minyak MelambungFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Raditya Hanung
Pergerakan harga minyak kemarin didorong oleh kembalinya kekhawatiran akan terancamnya kesepakatan nuklir Iran yang dibuat pada 2015 oleh pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama, bersama-sama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Inggris. Adalah PM Israel Benjamin Netanyahu yang kembali memanaskan "tungku" tensi geopolitik Iran-AS.

Kemarin, kantor pemerintahan Netanyahu awalnya dijadwalkan untuk memberikan pernyataan terkait "perkembangan signifikan"dari kesepakatan nuklir Iran, namun ternyata secara mengejutkan memaparkan sejumlah bukti dari keseriusan Iran dalam membangun persenjataan nuklir.

"Malam ini saya memberitahukan satu hal. Iran telah berbohong besar," ucap Netanyahu.

Sebagai catatan, pemimpin Iran telah lama menyatakan bahwa program nuklir yang dibangun hanya akan digunakan untuk keperluan perdamaian. Tapi lewat pernyataannya kemarin, Netanyahu dengan keras menyangkal klaim tersebut, sembari membawa ratusan halaman sebagai bukti kebohongan Negeri Persia.

Namun demikian, sekumpulan data Netanyahu sebenarnya tidak mengungkap fakta baru, di mana keseluruhan isi dokumen tersebut telah diketahui oleh para diplomat yang terlibat dalam negosiasi kesepakatan nuklir Iran pada tiga tahun silam.

Pernyataan PM Israel kemarin nampaknya dilakukan untuk memberikan "dorongan" pada Presiden AS Donald Trump untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan kembali memberlakukan sanksi ekonomi pada Negeri Persia.

Trump sendiri baru akan mengumumkan keputusannya pada 12 Mei mendatang. Apabila dorongan Netanyahu berhasil dan AS menerapkan sanksi baru kepada Iran, maka pastinya gerak ekonomi Negeri Persia akan kembali terbatas, termasuk terganggunya produksi dan distribusi minyak mentah. Persepsi ini lantas menyokong kuatnya harga minyak kemarin.


Namun demikian, sentimen lain mampu membatasi penguatan harga minyak hari ini. Jumlah kilang minyak aktif di negeri Paman Sam naik sebanyak lima unit menjadi 825 unit, pada pekan lalu. Alhasil, jumlah total kilang minyak aktif AS saat ini mencapai angka tertinggi sejak Maret 2015. Perkembangan ini menjadi indikasi bahwa produksi dan pasokan minyak mentah AS masih akan kuat ke depan.

Sebagai catatan, produksi minyak mentah mingguan AS terus mencatatkan rekor baru, mendekati angka 10,6 juta barel per hari (bph) hingga saat ini. Padahal produksi minyak AS pada akhir tahun 2017 masih berada di bawah angka 10 juta bph.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(prm) Next Article The Fed Tetap Hawkish, Harga Minyak Mentah turun dari US$90/Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular