Pernyataan Jokowi Legakan Pasar, Rupiah Teruskan Penguatan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2018 12:34
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih menguat pada perdagangan awal pekan ini.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat pada perdagangan awal pekan ini. Pergerakan dolar AS memang tengah melandai dan rupiah mampu memanfaatkannya dengan apresiasi. 

Pada Senin (30/4/2018) pukul 12:00 WIB,  US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 13.880. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
 

Reuters
Rupiah menjadi bintang di antara mata uang Asia, yang cenderung melemah terhadap greenback. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,13-0,10
Won Korsel1.066,00-0,02
Dolar Taiwan29,58-0,03
Dolar Singapura1,32-0,03
Ringgit Malaysia3,92-0,03
Peso Filipina51,74-0,23
Baht Thailand31,51-0,03
 
Sementara terhadap mata uang utama, dolar AS justru melandai cenderung lemah. Dollar Index, yang mengukur posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, turun tipis 0,01% alias hampir tidak bergerak. 

Pekan lalu, Dollar Index naik hingga 1,3%, kenaikan tertinggi selama lebih dari dua bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. 

Reuters
Oleh karena itu, sepertinya rupiah berhasil memanfaatkan peluang pelemahan dolar lebih karena dorongan dari dalam negeri. Salah satu perkembangan yang menyebabkan pelaku pasar optimistis adalah pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hari ini, Jokowi menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mengintervensi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) terkait nilai tukar. 

"Pemerintah nggak akan intervensi moneter karena itu di BI," ujar Jokowi. 


Pernyataan Jokowi memberikan garansi bahwa otoritas moneter independen dari pemerintah. Hal ini tentu melegakan pasar, sehingga rupiah pun lebih diapresiasi. 

BI pekan lalu juga menyebutkan bahwa bank sentral berkomitmen untuk menjaga stablitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Ini dilakukan melalui intervensi di pasar valas maupun obligasi negara. 

Bahkan BI juga menyatakan tidak akan ragu menyesuaikan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate apabila pelemahan kurs sudah mengancam target inflasi dan stabilitas sistem keuangan. Dengan pernyataan Kepala Negara, artinya pemerintah tidak akan campur tangan bila BI benar-benar menaikkan suku bunga, meski pertaruhannya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular