Dalam Sepekan, Investor Asing Kabur Rp 5,3T Dari pasar Saham

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 April 2018 12:18
Sepanjang minggu ini, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 5,3 triliun di pasar saham.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini merupakan pekan yang kelam bagi bursa saham dalam negeri. Bagaimana tidak, IHSG anjlok hingga 6,6% sepanjang pekan ini ke level 5.919,24.

Aksi jual banyak dilakukan oleh investor asing. Tercatat, sepanjang minggu ini investor asing melepas hingga Rp 5,3 triliun kepemilikannya atas saham-saham dalam negeri. Aksi jual terbesar terjadi pada hari Rabu (25/4/2018) dengan nilai sebesar Rp 1,96 triliun.

Mengutip RTI, berikut lima besar saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing pada minggu ini: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 1,39 triliun), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 1,16 triliun), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 674,66 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 372,5 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 347,75 miliar).

Ada 2 hal utama yang melandasi aksi jual investor asing. Pertama, pelemahan rupiah. Sepanjang minggu ini, rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 13.885. Bahkan, rupiah sempat mencapai titik penutupan terlemahnya sejak Januari 2016 di level Rp 13.918/dolar AS pada 25 April lalu.

Pelemahan rupiah yang merupakan hasil dari naiknya imbal hasil obligasi AS ini membuat investasi dalam denominasi rupiah menjadi tak menarik bagi investor asing. Pasalnya, ada potensi kerugian kurs yang harus ditanggung kala mengonversikan balik investasinya ke dalam dolar AS.

Kedua, kinerja keuangan yang kurang memuaskan dari emiten-emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama yang berasal dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi.

Sepanjang kuartal-I 2018, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar yang sebesar Rp 5,6 triliun. BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, lebih rendah dari konsensus yang yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 3,66 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 3,91 triliun.

Kemudian, sepanjang kuartal-I 2018, laba PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok hingga 6,21% menjadi Rp 1,83 triliun. Pada periode yang sama tahun 2017, laba bersih tercatat sebesar Rp 1,96 triliun. Laba bersih tersebut jauh dibawah konsensus yang senilai Rp 2,03 triliun.

Berdasarkan keterbukaan yang dipublikasikan di halaman resmi BEI, penurunan laba bersih perusahaan didorong oleh penjualan bersih yang turun 0,91% dari sebelumnya Rp 10,84 triliun pada kuartal-I tahun lalu menjadi Rp 10,74 triliun pada kuartal-I tahun ini.

Penurunan penjualan tersebut dimotori oleh turunnya penjualan produk dalam negeri sebesar 0,84% menjadi Rp 10,13 triliun. Sementara itu, ekspor juga turun 2,20% menjadi Rp 609,76 miliar.

Kinerja emiten-emiten perbankan dan barang konsumsi memang sering dianggap sebagai leading indicator bagi kondisi perekonomian secara keseluruhan. Pasalnya, laju perekonomian tak akan semarak jika tak didorong oleh kinerja yang memuaskan dari emiten perbankan dan barang konsumsi. Asal tahu saja, lebih dari 50% ekonomi Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan untuk merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-I pada 7 Mei mendatang. Jika memang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi Indonesia benar tak memenuhi ekspektasi, aksi jual investor asing dimungkinkan untuk berlanjut.

Terlebih, sepanjang tahun 2017 IHSG telah menguat hingga 20%. Ini artinya, masih ada sisa keuntungan yang bisa direalisasikan oleh investor asing.
(ank/ank) Next Article Jelas Aja IHSG Masuk Jurang, 5 Saham 'Dewa' Ini Dibuang Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular