Tunggu Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi, Dolar AS Stagnan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2018 16:32
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak berubah dibandingkan penutupan kemarin.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak berubah dibandingkan penutupan kemarin. Greenback sudah tidak lagi garang sehingga, tetapi rupiah tetap sulit mencatat apresiasi. 

Pada Jumat (27/4/2018), US$ 1 dibanderol Rp 13.885. Tidak berubah dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Tunggu Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi, Dolar AS StagnanReuters
Sementara mata uang Asia bergerak variatif cenderung menguat terhadap dolar AS. Namun penguatan yang terjadi hanya dalam rentang tipis. Kecuali won Korea Selatan, yang mampu menguat lumayan di hadapan greenback. 

Won terbantu oleh aura damai dua Korea setelah Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In bertemu. Suasana akrab di antara dua kepala negara ini memunculkan harapan perdamaian di Semenanjung Korea. 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,32`-0,03
Yuan China6,34-0,06
Won Korsel1.073,77+0,26
Dolar Taiwan29,62+0,08
Dolar Singapura1,33+0,06
Ringgit Malaysia3,92-0,03
Peso Filipina51,84+0,17
Baht Thailand31,60+0,03


Pertumbuhan Ekonomi

Setelah garang dalam beberapa hari terakhir, greenback mulai mundur teratur dan bergerak melemah. Penyebabnya adalah investor cenderung wait and see memantau rilis pertumbuhan ekonomi AS.
 

Hari ini, akan diumumkan angka pembacaan awal pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal I-2018.  Konsensus Reuters menyebutkan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam diprediksi sebesar 2% year-on-year (YoY). 

Kondisi pasar tenaga kerja yang kuat akan menyokong pengeluaran konsumsi ke depan. Ekonomi AS juga diekspektasikan masih akan mendapat energi positif dari paket kebijakan Presiden Donald Trump yang memangkas pajak korporasi. 

Bila pertumbuhan ekonomi AS ternyata di atas ekspektasi, maka siap-siap dolar AS akan menguat. Sebab, akan ada persepsi bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan memperketat kebijakan moneter secara lebih agresif untuk menghindari kemungkinan overheating dalam perekonomian. Kenaikan suku bunga, apalagi secara agresif, tentu akan menjadi pendorong yang kuat bagi mata uang. 

Namun bila ternyata angka yang keluar tidak sesuai harapan, maka hal sebaliknya akan terjadi. Dolar AS akan tertekan karena tidak punya pijakan penguatan.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular