
Masih 'Mahal', IHSG Hanya Naik Tipis 0,01%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 April 2018 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 0,01% ke level 5.909,93 sampai dengan akhir sesi I, setelah sebelumnya sempat menguat lebih dari 1% pada sesi awal perdagangan.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,77 triliun dengan volume sebanyak 4,74 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 232.262 kali.
Penguatan rupiah nampak tak mampu berbicara banyak dalam mendorong laju bursa saham dalam negeri. Sampai akhir sesi 1, rupiah menguat 0,04% terhadap dolar AS ke level Rp 13.880.
Memang, terlepas dari koreksi yang sudah begitu dalam, IHSG dapat dikatakan 'mahal' jika dibandingkan dengan bursa saham negara-negara tetangga.
Hal ini terlihat dari price-earnings ratio (PER) IHSG yang sebesar 16,81x, seperti dikutip dari Reuters. PER IHSG tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks KLCI (Malaysia) yang sebesar 16,69x, Nikkei (16,01x), Shanghai (13,54x), Hang Seng (12,26x), Kospi (12,1x), dan Strait Times (11,78x). Semakin tinggi PER, artinya indeks saham semakin dihargai tinggi oleh investor.
PER IHSG tercatat hanya lebih rendah dari indeks Nifty (India) yang sebesar 22,19x, PSI (Filipina) yang sebesar 19,77x, dan SET (Thailand) yang sebesar 16,82x.
Tingginya valuasi membuat bursa saham dalam negeri menjadi kurang menarik, sekalipun didukung oleh penguatan rupiah. Di sisi lain, bursa saham yang valuasinya lebih murah dari IHSG ditransaksikan menguat: indeks Nikkei menguat 0,58%, indeks Hang Seng menguat 0,08%, indeks Kospi menguat 0,55%, dan indeks KLCI (Malaysia) menguat 0,48%.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,95%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,91%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,37%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,9%).
Sisi positifnya, investor asing melakukan beli bersih, walaupun nilainya sangat minim yaitu Rp 8,61 miliar. Saham-saham yang paling banyak diburu investor sampai dengan siang hari ini diantaranya: PT Visi Media Asia Tbk/VIVA (Rp 171,42 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 48,34 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 20,97 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 18,64 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 16,84 miliar).
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,77 triliun dengan volume sebanyak 4,74 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 232.262 kali.
Penguatan rupiah nampak tak mampu berbicara banyak dalam mendorong laju bursa saham dalam negeri. Sampai akhir sesi 1, rupiah menguat 0,04% terhadap dolar AS ke level Rp 13.880.
Hal ini terlihat dari price-earnings ratio (PER) IHSG yang sebesar 16,81x, seperti dikutip dari Reuters. PER IHSG tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks KLCI (Malaysia) yang sebesar 16,69x, Nikkei (16,01x), Shanghai (13,54x), Hang Seng (12,26x), Kospi (12,1x), dan Strait Times (11,78x). Semakin tinggi PER, artinya indeks saham semakin dihargai tinggi oleh investor.
PER IHSG tercatat hanya lebih rendah dari indeks Nifty (India) yang sebesar 22,19x, PSI (Filipina) yang sebesar 19,77x, dan SET (Thailand) yang sebesar 16,82x.
Tingginya valuasi membuat bursa saham dalam negeri menjadi kurang menarik, sekalipun didukung oleh penguatan rupiah. Di sisi lain, bursa saham yang valuasinya lebih murah dari IHSG ditransaksikan menguat: indeks Nikkei menguat 0,58%, indeks Hang Seng menguat 0,08%, indeks Kospi menguat 0,55%, dan indeks KLCI (Malaysia) menguat 0,48%.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,95%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,91%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,37%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,9%).
Sisi positifnya, investor asing melakukan beli bersih, walaupun nilainya sangat minim yaitu Rp 8,61 miliar. Saham-saham yang paling banyak diburu investor sampai dengan siang hari ini diantaranya: PT Visi Media Asia Tbk/VIVA (Rp 171,42 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 48,34 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 20,97 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 18,64 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 16,84 miliar).
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular