
Asing Keluar Dari Pasar Domestik Rp 1,31 T, IHSG Anjlok 2,81%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 April 2018 16:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 2,81% ke level 5.909,2, titik terendah sejak 4 Desember 2017. Pelemahan IHSG terjadi ditengah bursa saham kawasan regional yang diperdagangkan bervariasi.
Indeks Nikkei menguat 0,47%, indeks Strait Times naik 0,08%, indeks Kospi naik 1,1%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,02%. Sementara itu, indeks Shanghai turun 1,35%, indeks Hang Seng turun 1,06%, dan indeks SET (Thailand) turun 0,21%.
Transaksi berlangsung ramai yakni senilai Rp 10,15 triliun dengan volume sebanyak 9,51 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 438.595 kali.
Kinerja rupiah yang sudah membaik terbukti tak mampu berbicara banyak dalam menyokong pergerakan bursa saham dalam negeri. Sampai dengan sore hari ini, rupiah menguat sebesar 0,24% terhadap dolar AS ke level Rp 13.885.
Aksi jual investor investor terkonsentrasi pada emiten-emiten yang berkapitalisasi pasar besar. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 3,57%, lebih dalam dari koreksi IHSG.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi koreksi IHSG diantaranya: PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-5,44%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-5,14%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-5,24%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-3,44%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,84%).
Aksi jual pada saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo tersebut dipicu oleh kinerja keuangan yang tak memenuhi ekspektasi. Sepanjang kuartal-I 2018, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 5,6 triliun.
Mengecewakannya kinerja keuangan emiten perbankan telah memberi sentimen negatif bagi bursa saham secara keseluruhan. Pasalnya, kinerja emiten perbankan merupakan proksi dari kinerja ekonomi dalam negeri.
Ketika emiten perbankan mencatatkan kinerja yang mengecewakan, bisa diproyeksikan laju ekonomi dan kinerja emiten di sektor lainnya juga tak akan menggembirakan. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Mei mendatang, sementara rilis laporan keuangan dari para emiten akan terus berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
Merespon hal tersebut, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 1,31 triliun. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 569,69 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 475,27 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 104,25 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 94,68 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 65,48 miliar).
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Indeks Nikkei menguat 0,47%, indeks Strait Times naik 0,08%, indeks Kospi naik 1,1%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,02%. Sementara itu, indeks Shanghai turun 1,35%, indeks Hang Seng turun 1,06%, dan indeks SET (Thailand) turun 0,21%.
Transaksi berlangsung ramai yakni senilai Rp 10,15 triliun dengan volume sebanyak 9,51 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 438.595 kali.
Aksi jual investor investor terkonsentrasi pada emiten-emiten yang berkapitalisasi pasar besar. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 3,57%, lebih dalam dari koreksi IHSG.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi koreksi IHSG diantaranya: PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (-5,44%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-5,14%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-5,24%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-3,44%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,84%).
Aksi jual pada saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo tersebut dipicu oleh kinerja keuangan yang tak memenuhi ekspektasi. Sepanjang kuartal-I 2018, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 5,6 triliun.
Mengecewakannya kinerja keuangan emiten perbankan telah memberi sentimen negatif bagi bursa saham secara keseluruhan. Pasalnya, kinerja emiten perbankan merupakan proksi dari kinerja ekonomi dalam negeri.
Ketika emiten perbankan mencatatkan kinerja yang mengecewakan, bisa diproyeksikan laju ekonomi dan kinerja emiten di sektor lainnya juga tak akan menggembirakan. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Mei mendatang, sementara rilis laporan keuangan dari para emiten akan terus berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
Merespon hal tersebut, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 1,31 triliun. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 569,69 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 475,27 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 104,25 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 94,68 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 65,48 miliar).
(hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular