
Imbal Hasil Obligasi Negara Melambung, Ini Kata Kemenkeu
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 April 2018 11:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah terus naik. Bahkan hari ini yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun telah menembus level 7%.
Pada Kamis (26/4/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun FR0064 berada di 7,13%. Naik dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 6,995%. Yield hari ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2017.
Yield itu disebut tengah menuju keseimbangan baru. Namun bagi pemerintah, kenaikan ini belum begitu mengkhawatirkan.
"Saya melihat kenaikan yield SBN saat ini sebagai koreksi market untuk menuju pada harga baru," kata Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Scenaider Siahaan, kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/4/2018).
Menurut Scenaider, kenaikan yield obligasi tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi global, terutama kenaikan US Treasury hingga menembus level 3% dan pergerakan kurs rupiahh terhadap valuta asing.
"Market sedang volatile saat ini, dan menuju kondisi normalisasi," kata Scenaider.
Meskipun tengah menuju ke titik keseimbangan baru, namun Scenaider mengaku belum bisa memperkirakan berapa titik pas keseimbangan tersebut. Namun, dia meyakini, pelaku pasar sudah memiliki pertimbangan tersendiri.
"Secara umum untuk investor asing adalah investor akan lihat interest rate parity [seilisih] antara SBN Indonesia dan SBN negara investor. Sedangkan investor domestik biasanya fokus ke arah real yield yang didapatkan," katanya.
Sebagai informasi, kenaikan yield mencerminkan harga instrumen ini sedang turun. Penurunan harga merupakan tanda bahwa minat terhadap SBN berkurang.
Investor asing masih melepas kepemilikannya di SBN. Per 24 April, kepemilikan asing di SBN tercatat Rp 861,02 triliun. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yaitu Rp 868,26 triliun.
(dru) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai
Pada Kamis (26/4/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun FR0064 berada di 7,13%. Naik dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 6,995%. Yield hari ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2017.
Yield itu disebut tengah menuju keseimbangan baru. Namun bagi pemerintah, kenaikan ini belum begitu mengkhawatirkan.
Menurut Scenaider, kenaikan yield obligasi tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi global, terutama kenaikan US Treasury hingga menembus level 3% dan pergerakan kurs rupiahh terhadap valuta asing.
"Market sedang volatile saat ini, dan menuju kondisi normalisasi," kata Scenaider.
Meskipun tengah menuju ke titik keseimbangan baru, namun Scenaider mengaku belum bisa memperkirakan berapa titik pas keseimbangan tersebut. Namun, dia meyakini, pelaku pasar sudah memiliki pertimbangan tersendiri.
"Secara umum untuk investor asing adalah investor akan lihat interest rate parity [seilisih] antara SBN Indonesia dan SBN negara investor. Sedangkan investor domestik biasanya fokus ke arah real yield yang didapatkan," katanya.
Sebagai informasi, kenaikan yield mencerminkan harga instrumen ini sedang turun. Penurunan harga merupakan tanda bahwa minat terhadap SBN berkurang.
Investor asing masih melepas kepemilikannya di SBN. Per 24 April, kepemilikan asing di SBN tercatat Rp 861,02 triliun. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yaitu Rp 868,26 triliun.
(dru) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai
Most Popular