Anjlok 1,84%, IHSG di Bawah 6.000

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 April 2018 11:03
Sampai dengan berita ini diturunkan, IHSG anjlok 1,84% ke level 5.967,97, titik terendah sejak 4 Desember 2017.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum usai. Sampai dengan berita ini diturunkan, IHSG anjlok 1,84% ke level 5.967,97, titik terendah sejak 4 Desember 2017. Kinerja rupiah yang sudah membaik nampak tak banyak membantu. Kini, rupiah menguat sebesar 0,02% terhadap dolar AS ke level Rp 13.915.

Aksi jual investor investor terkonsentrasi pada emiten-emiten yang berkapitalisasi pasar besar. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 2,11%, lebih dalam dari koreksi IHSG.

Aksi jual banyak dilakukan investor pada saham emiten-emiten yang kinerja keuangannya tak memenuhi ekspektasi, seperti PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,49%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-4,2%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,13%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,43%), dan PT Astra International Tbk/ASII (-0,35%).

Sepanjang kuartal-I 2018, BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 5,5 triliun, di bawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters yang sebesar yang sebesar Rp 5,6 triliun. BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun, lebih rendah dari konsensus yang yang sebesar Rp 6 triliun. Sementara itu, BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 3,66 triliun, di bawah konsensus yang sebesar Rp 3,91 triliun.

Laba bersih UNVR anjlok hingga 6,21% pada kuartal-I 2018 menjadi Rp 1,83 triliun. Pada periode yang sama tahun 2017, laba bersih tercatat sebesar Rp 1,96 triliun. Laba bersih pada kuartal I-2018 tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar Rp 2,03 triliun.

Kemudian, sepanjang kuartal-I 2018 laba bersih ASII tercatat sebesar Rp 4,98 triliun, turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,08 triliun.

Buruknya kinerja keuangan dari emiten perbankan dan barang konsumsi tentu bukan berita baik bagi ekonomi Indonesia dan pasar saham secara keseluruhan. Pasalnya, kinerja emiten dari kedua sektor tersebut merupakan proksi dari kinerja ekonomi dalam negeri.

Ketika emiten perbankan dan barang konsumsi mencatatkan kinerja yang mengecewakan, bisa diproyeksikan bahwa laju pertumbuhan ekonomi juga tak akan menggembirakan. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Mei mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(hps) Next Article Raksasa Perbankan & Teknologi Rontok, IHSG Jadi Jeblok 1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular