
Pukul 17.00 WIB: Rupiah Menang Lawan Dolar AS dan Euro
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
24 April 2018 17:32

Jakarta CNBC Indonesia- Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang global masih cenderung melemah. Penyebab pelemahan rupiah bervariasi, mulai dari rilis data inflasi hingga investasi.
Pada Selasa (24/4/2018) pukul 17:00 WIB, berikut pergerakan rupiah terhadap sejumlah mata uang:
Penguatan rupiah terhadap dolar AS dan Euro sepertinya tidak lepas dari aliran modal dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah hari ini. Di tengah minimnya sentimen terhadap rupiah, adanya lelang obligasi menjadi angin segar bagi rupiah. Namun karena lelang pun berlangsung kurang semarak, dorongan kepada rupiah menjadi sangat minimal.
Sentimen dari lelang obligasi tidak berlaku terhadap mata uang lain seperti dolar Singapura, yuan China, dolar Australia, dan poundsterling Inggris. Dolar Singapura menguat berkat sokongan rilis data inflasi Maret 2018 yang sebesar 0,2% year-on-year (YoY).
Pasar memperkirakan inflasi akan melaju dan melebihi target yang ditetapkan oleh Monetary Authority of Singapore (MAS) yaitu di kisaran 1-2%. Ekspektasi ini membuat MAS berpotensi kembali mengetatkan kebijakan moneter.
Seperti halnya Singapura, inflasi di Australia juga terakselerasi sehingga menimbulkan ekspektasi bahwa bank sentral akan mengetatkan kebijakan moneter. Perkembangan ini menjadi doping penguatan mata uang Negeri Kanguru.
Lain lagi dengan China, sentimen penguatan yuan datang dari aliran modal asing yang masuk. Data Foreign Direct Investment (FDI) hingga kuartal I-2018 meningkat 0,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Derasnya aliran modal asing membuat mata uang yuan bergerak menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (24/4/2018) pukul 17:00 WIB, berikut pergerakan rupiah terhadap sejumlah mata uang:
Mata Uang | Last Bid | Change (%) |
Dolar Amerika Serikat (AS) | Rp 13.885,00 | 0,04 |
Dolar Singapura | Rp 10.500,64 | -0,22 |
Yuan China | Rp 2,201.80 | -0,16 |
Dolar Australia | Rp 10.563,71 | -0,02 |
Euro | Rp 16.950,00 | +0,53 |
Poundsterling | Rp 19.377,91 | -0,09 |
Penguatan rupiah terhadap dolar AS dan Euro sepertinya tidak lepas dari aliran modal dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah hari ini. Di tengah minimnya sentimen terhadap rupiah, adanya lelang obligasi menjadi angin segar bagi rupiah. Namun karena lelang pun berlangsung kurang semarak, dorongan kepada rupiah menjadi sangat minimal.
Sentimen dari lelang obligasi tidak berlaku terhadap mata uang lain seperti dolar Singapura, yuan China, dolar Australia, dan poundsterling Inggris. Dolar Singapura menguat berkat sokongan rilis data inflasi Maret 2018 yang sebesar 0,2% year-on-year (YoY).
Pasar memperkirakan inflasi akan melaju dan melebihi target yang ditetapkan oleh Monetary Authority of Singapore (MAS) yaitu di kisaran 1-2%. Ekspektasi ini membuat MAS berpotensi kembali mengetatkan kebijakan moneter.
Seperti halnya Singapura, inflasi di Australia juga terakselerasi sehingga menimbulkan ekspektasi bahwa bank sentral akan mengetatkan kebijakan moneter. Perkembangan ini menjadi doping penguatan mata uang Negeri Kanguru.
Lain lagi dengan China, sentimen penguatan yuan datang dari aliran modal asing yang masuk. Data Foreign Direct Investment (FDI) hingga kuartal I-2018 meningkat 0,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Derasnya aliran modal asing membuat mata uang yuan bergerak menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular