Dolar AS Semakin Dekati Rp 14.000, IHSG Anjlok 1,25%

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2018 16:23
Pelemahan IHSG terjadi ditengah mayoritas bursa saham utama kawasan regional yang diperdagangkan menguat.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,25% ke level 6.229,64 pada perdagangan hari ini. Pelemahan IHSG terjadi ditengah mayoritas bursa saham utama kawasan regional yang diperdagangkan menguat, dimana indeks Nikkei naik 0,86%, indeks Shanghai naik 1,97%, indeks Hang Seng naik 1,26%, dan indeks Strait Times naik 0,12%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,23 triliun dengan volume sebanyak 11,33 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 382.932 kali.

Sebanyak 8 sektor saham ditutup melemah, dipimpin sektor barang konsumsi yang anjlok hingga 2,37% dan berkontribusi sebesar 30,7 poin dari total pelemahan IHSG yang sebesar 78,5 poin.

Rupiah masih menjadi perhatian pelaku pasar pada perdagangan hari ini. Walaupun pada akhir transaksi IHSG rupiah tercatat menguat 0,07% terhadap dolar AS ke level Rp 13.880, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 13.899/dolar AS dan membuat pelaku pasar panik.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang dekat dengan level psikologis 3% membuat pelaku pasar meninggalkan rupiah dan beralih memeluk dolar AS. Merespons pelemahan rupiah, investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp 638,64 miliar di seluruh pasar.

Indeks saham sektor barang konsumsi dibebani oleh harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang anjlok hingga 5,51% ke level Rp 48.000/saham, menjadikannya saham dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG. Kinerja keuangan yang mengecewakan merupakan penyebab dilepasnya saham UNVR oleh investor, termasuk investor asing dengan nilai jual bersih sebesar Rp 120,72 miliar.

Sepanjang kuartal-I 2018, laba UNVR anjlok hingga 6,21% menjadi Rp 1,83 triliun. Pada periode yang sama tahun 2017, laba bersih tercatat sebesar Rp 1,96 triliun. Laba bersih tersebut jauh dibawah rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters senilai Rp 2,03 triliun.

Berdasarkan keterbukaan yang dipublikasikan di halaman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba bersih perusahaan didorong oleh penjualan bersih yang turun 0,91% dari sebelumnya Rp 10,84 triliun pada kuartal-I tahun lalu menjadi Rp 10,74 triliun pada kuartal-I tahun ini.

Penurunan penjualan tersebut dimotori oleh turunnya penjualan produk dalam negeri sebesar 0,84% menjadi Rp 10,13 triliun. Sementara itu, ekspor juga turun 2,20% menjadi Rp 609,76 miliar.

Buruknya kinerja UNVR lantas memberi sinyal lemahnya laju perekonomian Indonesia pada kuartal 1. Pasalnya, UNVR memproduksi barang-barang yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat Indonesia. Ketika penjualan UNVR menurun, lantas laju ekonomi dalam negeri menjadi dipertanyakan.

Merespon hal tersebut, indeks sektor jasa keuangan anjlok hingga 1,79%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG (32,9 poin). Memang, ketika perekonomian lesu, kinerja emiten-emiten perbankan akan ikut melemah. Guna mengonfirmasi hal tersebut, investor kini akan mencermati laporan keuangan dari bank-bank BUKU IV yang mulai dirilis hari ini.

Dari sisi komoditas, kenaikan harga minyak mentah tak banyak berkontribusi dalam menstabilkan IHSG (WTI +0,61% menjadi US$ 69,06/barel dan brent +0,36% menjadi US$ 74,98/barel). Pasalnya, harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan ini melemah 0,11% ke level US$ 93,35/metrik ton pada perdagangan kemarin (23/4/2018), menandai koreksi selama dua hari berturut-turut. Jika ditarik sejak akhir tahun 2017, harga batu bara telah anjlok sebesar 7,4%.

Tertekannya harga batu bara belakangan ini merupakan dampak dari kebijakan pembatasan impor batu bara oleh China yang diumumkan pada 16 April silam, dimana hal ini dimaksudkan untuk mendorong harga batu bara dalam negeri serta meningkatkan produksi. Kini, pembatasan tersebut diketahui telah mengurangi secara signifikan impor batu bara ke Negeri Panda.

Melansir Reuters, impor batu bara China pada minggu yang berakhir pada 21 April tercatat hanya sebesar 3,45 juta ton, jatuh hampir 30% jika dibandingkan dengan rata-rata mingguan sepanjang 1 Januari-15 April 2018 yang sebesar 4,92 juta ton.

Pelemahan harga batu bara ini lantas membuat investor takut bahwa kinerja para emiten tidak akan sekinclong tahun lalu. Indeks sektor pertambangan pun terkoreksi 1,71%. Beberapa saham emiten pertambangan batu bara yang dilepas investor diantaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (-2,65%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (-3,09%), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (-0,6%), PT Bumi Resources Tbk/BUMI (-2,96%), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk/DOID (-2,97%).
Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular