Dolar AS Dekati Rp 14.000, Pelemahan Rupiah Bisa Menjalar

gita rossiana, CNBC Indonesia
24 April 2018 15:22
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini bisa saja mempengaruhi indikator ekonomi yang lain.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini bisa saja mempengaruhi indikator ekonomi yang lain. Hal tersebut terjadi bila pelemahan rupiah terus berlangsung dalam jangka waktu lama, atau singkat namun dalam.

Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) Reny Eka Putri menjelaskan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini memang sudah terlampau dalam. Pasalnya, levelnya sudah mendekati level Rp 14.000/US$.

"Seharusnya fundamental Rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp 13.500 - Rp 13.600," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/4/2018).

Namun pelemahan ini, menurut Reny hanya akan berlangsung sementara karena pelemahan rupiah ini karena sentimen AS yang cukup kuat serta bertepatan dengan periode pembayaran dimana kebutuhan dolar AS, meningkat.

Kendati demikian, menurut Reny, pelemahan rupiah bisa saja menggerus pertumbuhan kredit dan kinerja ekspor. Namun hal tersebut bisa terjadi kalau pelemahan rupiah berlangsung dalam waktu lama.

"Namun untuk dua hari terakhir Bank Indonesia sudah melakukan kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah dan sistem keuangan," kata dia.

Lebih lanjut, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengungkapkan, pelemahan rupiah bisa mengganggu kepercayaan investasi dan bisnis apabila berlangsung singkat dan drastis.

"Kalau pelemahan rupiah terjadi secara singkat dan drastis maka variable seperti inflasi akan terpengaruh, kemudian pertumbuhan ekonomi akan menurun dan berdampak juga ke penerimaan pajak dan lainnya," papar dia.

Hal ini pernah dialami Indonesia pada 2013 saat terjadi tapper tantrum dan pada 2015 saat China melakukan devaluasi Yuan. "Pada waktu itu, ada shock karena perubahan kebijakan," ungkap dia.

Namun demikian, kondisi yang terjadi adalah adanya potensi kenaikan The Fed dan apakah hal ini bisa menyebabkan efek lanjutan sangat tergantung pada psikologis pasar.

"Angka-angka Rp 14.000, Rp 13.000 ataupun Rp 12.000 adalah magic number, pengaruh atau tidak lebih ke psikologis," ungkap dia.

David juga tidak bisa memprediksi kapan pelemahan rupiah ini akan berakhir. "Penyebabnya eksternal jadi agak sulit diprediksi," ucap dia.

Di sisi lain, Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iman Nugroho Soeko mengungkapkan, untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah ini adalah tugas dari Bank Indonesia.

"Kalau untuk BTN karena fokus bisnisnya tidak terpapar risiko nilai tukar rupiah maka netral-netral saja," kata dia.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular