
Dolar AS Kehilangan Momentum, Emas Jadi Buruan Investor
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2018 14:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mulai kehilangan momentum setelah menguat selama 5 hari berturut-turut. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya terkoreksi sebesar 0,11% ke level 90,85.
Pelemahan dolar AS disebabkan imbal hasil (yield) obligasi AS yang mulai melandai. Pada perdagangan hari ini, imbal hasil obligasi terbitan pemerintah Negeri Paman Sam tenor 10 tahun turun sebesar 1,1bps menjadi 2,9621%, dari yang sebelumnya 2,973% pada akhir perdagangan kemarin (23/4/2018).
Pelemahan dolar AS lantas membuka ruang bagi harga emas untuk berbalik menguat (harga emas biasanya berbanding terbalik dengan dolar AS). Mengutip CNBC, harga emas kontrak pengiriman bulan Juni menguat 0,42% menjadi US$ 1.329,5/ troy ons. Jika penguatan ini bertahan sampai akhir perdagangan, maka rentetan koreksi yang sudah terjadi selama 3 hari berturut-turut akan dipatahkan.
Di sisi lain, harga emas Antam tercatat sebesar Rp 653.000/gram, masih sama dengan harga kemarin. Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tercatat melemah 2,23% menjadi Rp 875/saham.
Hanya Sementara
Terlepas dari harga emas yang mulai menguat pada hari ini, investor sudah sepatutnya berpikir dua kali jika ingin menginvestasikan uangnya pada instrumen ini. Pasalnya, masih terdapat potensi kenaikan imbal hasil obligasi AS yang akan kembali menyebabkan perpindahan dana ke dolar AS (dan menekan harga emas).
Saat ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang berada di kisaran 2,96% sudah sangat dekat dengan level psikologis 3%. Pada umumnya, level psikologis memang memerlukan waktu untuk ditembus. Melandainya imbal hasil pada hari ini bisa jadi hanya sementara sebelum investor melakukan aksi jual lebih lanjut nantinya.
Terlebih, ada dua data penting yang dijadwalkan untuk dirilis pemerintahan AS pada hari ini pukul 21:00 WIB, yakni penjualan rumah baru periode Maret dan indeks keyakinan konsumen periode April. Jika ada kejutan dari data-data tersebut, investor akan semakin gencar melepas obligasi AS, mendorong imbal hasilnya naik.
Pasalnya, positifnya data tersebut akan kembali menimbulkan ekspektasi investor atas kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan awal.
Next Article Risiko Meningkat, Harga Emas Antam Naik Rp 2.000/gram
Pelemahan dolar AS disebabkan imbal hasil (yield) obligasi AS yang mulai melandai. Pada perdagangan hari ini, imbal hasil obligasi terbitan pemerintah Negeri Paman Sam tenor 10 tahun turun sebesar 1,1bps menjadi 2,9621%, dari yang sebelumnya 2,973% pada akhir perdagangan kemarin (23/4/2018).
Pelemahan dolar AS lantas membuka ruang bagi harga emas untuk berbalik menguat (harga emas biasanya berbanding terbalik dengan dolar AS). Mengutip CNBC, harga emas kontrak pengiriman bulan Juni menguat 0,42% menjadi US$ 1.329,5/ troy ons. Jika penguatan ini bertahan sampai akhir perdagangan, maka rentetan koreksi yang sudah terjadi selama 3 hari berturut-turut akan dipatahkan.
Hanya Sementara
Terlepas dari harga emas yang mulai menguat pada hari ini, investor sudah sepatutnya berpikir dua kali jika ingin menginvestasikan uangnya pada instrumen ini. Pasalnya, masih terdapat potensi kenaikan imbal hasil obligasi AS yang akan kembali menyebabkan perpindahan dana ke dolar AS (dan menekan harga emas).
Saat ini, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang berada di kisaran 2,96% sudah sangat dekat dengan level psikologis 3%. Pada umumnya, level psikologis memang memerlukan waktu untuk ditembus. Melandainya imbal hasil pada hari ini bisa jadi hanya sementara sebelum investor melakukan aksi jual lebih lanjut nantinya.
Terlebih, ada dua data penting yang dijadwalkan untuk dirilis pemerintahan AS pada hari ini pukul 21:00 WIB, yakni penjualan rumah baru periode Maret dan indeks keyakinan konsumen periode April. Jika ada kejutan dari data-data tersebut, investor akan semakin gencar melepas obligasi AS, mendorong imbal hasilnya naik.
Pasalnya, positifnya data tersebut akan kembali menimbulkan ekspektasi investor atas kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dari perkiraan awal.
Next Article Risiko Meningkat, Harga Emas Antam Naik Rp 2.000/gram
Most Popular