Indeks Shanghai dan Hang Seng Kompak Dibuka Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2018 09:01
Menyusul bursa saham utama kawasan Asia lainnya yang telah lebih dahulu dibuka di zona hijau.
Foto: REUTERS/China Daily
Jakarta, CNBC Indonesia - Menyusul bursa saham utama kawasan Asia lainnya yang telah lebih dahulu dibuka di zona hijau, indeks Shanghai dan Hang Seng juga dibuka menguat, masing-masing sebesar 0,06% dan 0,33%. Di kedua negara, sama-sama tak ada data ekonomi penting yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari ini.

Terdongkraknya bursa saham Shanghai dan Hong Kong nampak dipicu oleh melunaknya sikap AS dalam hal perdagangan. Baru-baru ini, Menteri Keuangan Steve Mnuchin menyatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan kunjungan ke China guna membicarakan kesepakatan dagang. Ia juga menyatakan optimismenya bahwa kesepakatan dapat dicapai antar kedua belah pihak.

Jika pada akhirnya kesepakatan yang menguntungkan antar kedua negara benar-benar dapat dicapai, tentu itu merupakan kabar baik bagi bursa saham. Pasalnya, AS merupakan pasar yang sangat penting bagi China, sehingga terjadinya perang dagang berpotensi menekan ekonomi Negeri Panda tersebut.

Bagi AS, China juga merupakan mitra yang penting. Perang dagang dengan China berpotensi membuat harga barang-barang konsumsi di Negeri Paman Sam menjadi mahal, sehingga laju ekonominya bisa terganggu.

Tak hanya melunak terhadap China, AS kini tengah mempertimbangkan pencabutan sanksi terhadap Rusal, salah satu produsen aluminium terbesar asal Rusia. Seperti yang diketahui sebelumnya, Kementerian Keuangan AS membekukan aset milik perusahaan yang berada dalam ranah AS, serta melarang perusahaan untuk melakukan bisnis dalam satuan dolar AS yang meruapakan mata uang utama dalam pasar komoditas dunia. Lantas, Rusal seakan 'ditendang' dari pasar yang dulu dirajainya.

Sanksi kepada Rusal diambil atas tuduhan bahwa Oleg Deripaksa (pemilik perusahaan) telah mengancam kelangsungan bisnis para kompetitornya, penyuapan pejabat pemerintah, dan keterkaitannya dengan tindak pidana kejahatan.

Seiring dengan permintaan Rusal untuk dihapuskan dari daftar penerima sanksi yang juga menyasar 6 pebisnis asal Rusia lainnya, pemerintah AS pun kini membuka opsi tersebut.

"Rusal telah merasakan dampak dari sanksi yang diberikan oleh AS karena keterlibatannya dengan Oleg Deripaska (pemilik perusahaan), namun AS tidak menargetkan para pekerja keras yang bergantung pada Rusal dan anak usahanya," tegas Menteri keuangan AS Steve Mnuchin.
(hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular